Munawar Fuad, di Jakarta, Rabu, mengatakan, gaya "soft diplomacy" itu terlihat dari cara-caranya menjalin komunikasi dengan negara-negara dan organisasi Islam internasional.
"Saya sebagai lecture di lingkungan hubungan internasional, saya kerap mengikuti jejak Kyai Ma’ruf yang familiar dan friendly dengan interaksi hubungan internasional. Hanya saja jarang terekspose”, kata dia.
Wapres Amin sudah menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan lembaga internasional dan negara-negara Islam sejak ia mengemban amanah di MUI.
"Lingkungan peran diplomasi global Nahdlatul Ulama maupun semasa di MUI, Ma’ruf Amin sudah terbiasa menjalin hubungan komunikasi, kooperasi (kemitraan) baik secara personal dengan para tokoh ulama dunia maupun kerja sama dengan lembaga internasional," kata dia.
Ketika Kyai Amin menjadi Wakil Presiden, hubungan silaturahim antarulama dunia, pemimpin lembaga internasional, serta para duta besar dan pemimpin negara sahabat menjadi lebih kerap.
"Banyak pertemuan langsung yang sifatnya soft diplomacy terjadi, sebagai Wakil Presiden tentu melaporkan langsung perkembangan kepada Presiden atau mengarahkan kepada Menteri Luar Negeri dan kepada para Duta Besar Indonesia di negara yang terkait," katanya.
Sementara untuk di dalam negeri, dinamika kehidupan beragama dalam keseharian ketika kepemimpinan Wapres Amin kini lebih, menunjukkan tingkat harmoni dan toleransi yang makin baik.
"Terlebih recovery sosial dan solidaritas sosial saat-saat terjadi bencana misalnya, menunjukkan hadirnya secara substantif kepemimpinan dan kinerjanya," ujarnya.
Baca juga: Bertemu Wapres, Dino Djalal sampaikan program interfaith agama samawi
Baca juga: Pemerintah Arab tertarik investasi di pembangunan ibu kota baru
Baca juga: Wapres Ma'ruf: Kerukunan umat beragama adalah kunci
Baca juga: Wapres Ma'ruf harap pesantren bisa jadi pusat pembiayaan mikro
Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2020