• Beranda
  • Berita
  • Prof Boediono: Bali harus bersiap cari andalan di luar pariwisata

Prof Boediono: Bali harus bersiap cari andalan di luar pariwisata

29 Januari 2020 16:45 WIB
Prof Boediono: Bali harus bersiap cari andalan di luar pariwisata
Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2009-2014 Prof Dr H Boediono dalam acara bedah bukunya di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali (Antaranews Bali/Ni Luh Rhisma/2020)
Wakil Presiden periode 2009-2014 Prof Dr H Boediono mengatakan sudah saatnya Bali mencari sektor andalan lain di luar sektor pariwisata, jika secara ekonomi ingin tetap bertahan di tengah berbagai fluktuasi regional dan global yang terjadi.

"Tetap pariwisata menjadi unggulan, tetapi harus dipikirkan apa, seandaianya itu terjadi fluktuasi dari unggulan tersebut," kata Boediono dalam acara Bedah Bukunya yang berjudul "Ekonomi Indonesia Dalam Lintasan Sejarah" di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, di Denpasar, Rabu.

Menurut mantan Gubernur Bank Indonesia itu, dengan Bali bisa mencari sektor andalan kedua selain pariwisata, hal tersebut nantinya akan dapat mengurangi dampak ekstrem seandaianya ada fluktuasi di sektor pariwisata.

Prof Boediono mencontohkan Arab Saudi yang sebelumnya merasakan tidak ada masalah dengan mengandalkan hasil minyak buminya, kini juga berusaha mencari alternatif sumber pendapatan lainnya.

"Macam-macam yang mereka lakukan, termasuk mengikuti Bali dengan membuka pariwisata, bukan saja untuk haji dan umroh," ucap pria yang juga mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian itu.

Terkait dengan bedah bukunya, Boediono menekankan bahwa di era globalisasi ini kita dituntut untuk selalu siap menghadapi gejolak yang bisa datang tanpa jadwal.

"Dalam sejarah kita, tiga macam gangguan yang menonjol yakni perubahan harga ekspor-impor (term of trade), pembalikan arus modal, dan gangguan/bencana alam," ucapnya.

Dari ketiga macam gangguan tersebut, pembalikan arus modal berdampak paling eksplosif, diikuti perubahan harga ekspor-impor. Sedangkan gangguan alam biasanya tidak memicu, tetapi memperparah kondisi krisis.

Di sisi lain, Boediono juga menyoroti pentingnya mencari keseimbangan antara elemen politik dengan elemen teknokratis yang pas bagi masa sekarang ini.

Hal itu, ujar dia, berkaca dari krisis ekonomi yang pernah terjadi pada 1998. Pada masa setelah krisis terjadi, juga dibarengi permintaan untuk mengganti sistem politik, bukan hanya mengganti menteri, kabinet, tetapi dituntut sistemnya diubah sama sekali dari yang sebelumnya menjadi era reformasi.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan Bali memang harus bersiap-siap dengan sektor pariwisatanya, apalagi dengan mewabahnya virus corona karena selama ini kunjungan wisatawan China yang teratas ke Pulau Dewata.

"Bali harus siap-siap, kontribusinya selama ini 24 persen bagi Indonesia dari sektor pariwisata, juga sama untuk Indonesia menghadapi turbulensi ini harus siap-siap," ujarnya pada acara yang juga dihadiri Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti.

Trisno juga akan melihat kemungkinan dampak penurunan wisatawan China ke Bali dalam kurun 1-2 bulan ke depan. "Meskipun wisatawan Tiongkok akan turun, kami harapkan wisatawan dari Australia, India, Eropa dan negara-negara lainnya bisa meningkat," ucapnya yang dalam kesempatan itu juga dilakukan peresmian Perpustakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali dengan jumlah koleksi buku 12.754 buah.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020