"Dari informasi yang saya dapat dari kawan nelayan di tengah laut, ombak besar dan cuaca buruk, sampai kapal anggota saya tidak dapat masuk ke Indramayu dan terpaksa masuk ke Ketapang, Pontianak," kata Ketua Serikat Nelayan Tradisional, Kajidin, dalam pesan singkat yang diterima ANTARA, di Jakarta, Rabu.
Saat pesan singkat diterima pada pukul 01.03 WIB, ia mengatakan, masih banyak kapal nelayan Indramayu yang terjebak di tengah badai. Namun tidak dapat dipastikan berapa jumlah kapal nelayan yang masih berada di sekitar 300 mil pantai Indramayu tersebut.
"Baru nanti siang saya akan kontek mereka lewat radio. Saat ini saya belum dapat memastikan berapa kapal yang masih terjebak di tengah," ujar dia.
Dari data Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) disebutkan bahwa Laut Jawa pada tanggal 17 dan 18 Desember 2008 termasuk berbahaya bagi aktivitas perahu nelayan dan tongkang. Ketinggian gelombang diperkirakan mencapai dua hingga tiga meter.
Wilayah perairan lain yang juga berbahaya bagi aktivitas perahu nelayan dan tongkang adalah perairan Sangihe Talaud, Laut Maluku, Laut Halmahera, perairan utara Papua bagian barat. Sedangkan wilayah perairan yang berbahaya bagi perahu nelayan, tongkang, dan ferry, dengan ketinggian gelombang mencapai tiga hingga empat meter adalah Selat Karimata dan perairan selatan Kalimantan Timur.
Sementara itu, wilayah perairan dengan ketinggian gelombang lebih dari empat meter dan berbahaya bagi semua jenis kapal adalah Laut Natuna dan Laut Cina Selatan.
Untuk cuaca, BMG mencatat kondisi berawan dan hujan dengan intensitas sedang yang disertai Badai Guntur terjadi di Laut Natuna, Samudera Hindia Barat Mentawai, Selat Karimata, termasuk Laut Jawa.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008