"Peed Agung atau pawai pembukaan menjadi salah satu unsur utama Pesta Kesenian Bali. Kini dinamakan 'Peed Agung' karena memang disaksikan oleh tamu-tamu penting, ada Presiden, para konsulat jenderal dari negara-negara sahabat, termasuk juga masyarakat Bali dalam skala yang besar," kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan "Kun" Adnyana saat membuka Workshop Aplikasi Tema PKB 2020, di Kampus ISI Denpasar, Kamis.
Menurut Kun Adnyana, oleh karena pawai sebagai awal dari pelaksanaan Pesta Kesenian Bali, maka sudah seharusnya dapat dikelola secara baik dan rapi, serta dipastikan kontingen yang tampil dalam kondisi prima kualitas artistiknya.
"Selama ini belum digarap secara serius. Karena itu, dalam PKB ke-42 tahun ini, kami sengaja menyiapkan skema pendanaan dengan hadiah uang tunai untuk kompetisi penciptaan seni atas tiga kategori materi Peed Agung," ucap pejabat yang juga akademikus dari ISI Denpasar itu.
Tiga kategori materi Peed Agung yang dilombakan itu meliputi garapan lambang daerah kabupaten/kota, kemudian kategori koreografi dikaitkan dengan tema PKB, dan yang terakhir kategori koreografi khas kabupaten/kota yang berkaitan dengan esensi keunikan seni budaya masing-masing kabupaten/kota.
"Mengenai koreografi yang dikaitkan dengan tema PKB, yakni Atma Kertih, nantinya akan ada ogoh-ogoh menyerupai tokoh Dharmawangsa dengan anjingnya, ogoh-ogoh Lubdaka, ogoh-ogoh Bima Suarga, dan ogoh-ogoh Manuk Dewata," ujarnya sembari mengatakan PKB ke-42 Tahun 2020 akan berlangsung dari 13 Juni-11 Juli mendatang.
Terkait teknis pelaksanaan lomba, lanjut dia, nantinya masing-masing pemerintah kabupaten/kota bertugas mengumpulkan masing-masing materi itu minimal tiga proposal.
"Kemudian tiga proposal terbaik dikirimkan ke Dinas Kebudayaan Provinsi Bali dan kami melalui tim kurator akan menyeleksi," katanya.
Setelah ditentukan pemenangnya, ujar Kun Adnyana, kemudian akan diambil alih oleh tim pawai untuk melakukan pembinaan ke lapangan.
"Dengan demikian, tidak saja proposalnya yang diuji, tetapi di lapangan akan dilihat dan didiskusikan bersama-sama untuk memunculkan peluang-peluang realisasi artistik yang bagus dan tidak 'overlapping' antarkabupaten/kota," ucapnya.
Workshop yang dipandu Ketua PWI Bali Dwikora Putra itu menghadirkan tiga narasumber, yakni Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha SSKar, MHum, akademikus dari Prodi Sastra Bali FIB Universitas Udayana I Gde Nala Antara, akademikus Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ISI Denpasar AA Gede Rai Remawa.
Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha di antaranya mengemukakan penetapan tema dalam PKB sangat perlu untuk menjamin lahirnya karya-karya seni yang tidak saja enak ditonton, tetapi juga memberi tuntunan.
"Tema bukanlah untuk penyeragaman, melainkan memayungi keragaman bentuk dan estetika setiap karya. Oleh karena itu, penjabarannya harus fleksibel dan akomodatif," katanya.
Baca juga: Tiga negara perwakilan UNESCO akan meriahkan PKB Buleleng 2020
Bagi seniman, tema dapat menjadi sumber inspirasi (cerita, impresi, wujud, bobot, dan tata penyajian), sekaligus menemukan hal-hal baru (inovasi) dalam garapan.
Prof Arya mengatakan dari pelaksanaan PKB yang pertama hingga Tahun 1992, tema PKB mengangkat kisah-kisah dalam cerita Ramayana dan Mahabharata. "Barulah sejak tahun 1993, PKB mengangkat tema khusus, yakni dimulai dengan Swadharmaning Negara (Bela Negara).
"Tema PKB tahun ini Atma Kertih, Penyucian Jiwa Paripurna, dilihat sebagai kearifan lokal masa lampau yang telah teruji untuk pembersihan jiwa, karena sumber-sumbernya telah banyak tersimpan, bahkan teraplikasi dalam masyarakat," katanya.
Tema PKB tahun ini juga disinergikan tema PKB 2020 sebelumnya yang sudah ditetapkan "Akasacara: Menjelajah Angkasa, Membangun Dunia Maya". "Dengan menyinergikan kedua tema ini, keunggulan PKB 2020 akan ditandai dengan penerapan teknologi digital untuk mendukung penyajian seni tradisi," ujar guru besar seni karawitan itu.
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020