Rilis pers diterima ANTARA, Kamis, rencana ini sudah ditindaklanjuti dalam pertemuan dengan Menteri BUMN Erick Thohir dan CEO Air Products di Jakarta, Rabu (29/1).
Dalam kesempatan tersebut, Erick Thohir menyambut baik kesiapan dan komitmen Bukit Asam dan Air Products dalam menjalankan rencana gasifikasi batubara itu.
“Kami menyambut baik investasi industri hilirisasi batubara ini, dimana keberadaan batubara akan memiliki nilai tambah dan akan sangat membantu ketergantungan Indonesia atas impor LPG, dengan mengubah batubara menjadi DME,” ujar Erick Thohir.
Hilirisasi batubara diyakini dapat mengurangi nilai impor gas Indonesia hingga sekitar 1 miliar dolar AS per tahun.
Total investasi untuk pengembangan gasifikasi ini adalah 3,2 miliar dolar AS, dimana Air Products bertindak sebagai investor di bisnis Upstream dan Downstrem.
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk, Arviyan Arifin mengatakan hilirisasi batubara berkalori rendah akan diubah menjadi produk lain yang memiliki nilai tinggi dengan menggunakan teknologi gasifikasi.
Teknologi ini akan mengkonversi batubara muda menjadi syngas untuk kemudian diproses menjadi Dimethyl Ether (DME), Methanol, dan Mono Ethylene Glycol (MEG).
Proyek hilirisasi batubara ini direncanakan akan memproduksi 1,4 juta ton DME, 300 ribu ton Methanol, dan 250 ribu ton MEG. Saat ini studi kelayakan sudah selesai dan masuk ke tahap FEED dan EPC.
“Hilirisasi ini sesuai dengan corporate tagline kami Beyond Coal di mana Bukit Asam mulai melakukan transformasi untuk memberikan nilai tambah batubara dengan mengolah menjadi produk akhir seperti DME, Methanol, dan MEG,” ujar Arviyan Arifin.
Tak hanya Bukit Asam, Air Products juga menyatakan kesiapannya dalam membangun industri hilirisasi batubara.
Pada kesempatan tersebut, Air Products juga menyatakan kesanggupannya dalam hal dukungan pendanaan dari investasi yang diperlukan untuk membangun pabrik yang direncanakan pada akhir 2023.
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020