Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan bahwa keberangkatan pesawat bersama tim yang akan menjemput WNI dari wilayah terdampak virus corona di Provinsi Hubei, China, akan dilakukan kurang dari 24 jam.
“Pesawat yang akan digunakan adalah pesawat berbadan lebar agar semua WNI yang bersedia dievakuasi dapat diterbangkan langsung tanpa melalui transit,” kata Menlu Retno dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat sore.
Tanpa menjelaskan lebih lanjut pesawat jenis apa yang akan digunakan, Menlu menyebut bahwa tim aju (advance) dari KBRI Beijing telah masuk ke Provinsi Hubei untuk berkoordinasi dengan otoritas setempat.
“Pagi ini saya bertemu dengan Dubes China di Jakarta. Beliau menyampaikan clearance pendaratan dan pergerakan pesawat untuk evakuasi WNI dari Hubei,” kata Retno.
Lebih lanjut Menlu menjelaskan bahwa persiapan pemberangkatan di beberapa titik di Provinsi Hubei terutama di Kota Wuhan terus berjalan, demikian halnya persiapan penerimaan WNI di Tanah Air yang terus dilakukan sesuai prosedur dan protokol kesehatan yang berlaku.
Sebelumnya, Kemlu menyatakan bahwa setibanya di Tanah Air, WNI yang dievakuasi dari Provinsi Hubei harus dikarantina selama 28 hari untuk memastikan kesehatan mereka dan mencegah penularan virus corona tipe baru.
“Ini kan tidak semata-mata bahwa warga pulang, membaur, tetapi juga ada proses karantina,” ujar Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kemlu Desra Percaya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi I DPR RI, di Jakarta, Kamis (30/1).
Desra juga menyebut bahwa Kemlu telah menyiapkan pesawat carter dari maskapai penerbangan sipil untuk memulangkan WNI dari China.
Menurut data Kemlu per Jumat pagi, WNI yang berada di Provinsi Hubei berjumlah 245 orang, dan 100 orang diantaranya berada di kota Wuhan.
Namun, Kemlu tidak menyebut jumlah pasti WNI yang bersedia dipulangkan ke Tanah Air.
Baca juga: Presiden instruksikan TNI jemput WNI di Provinsi Hubei
Baca juga: KBRI Beijing imbau WNI di China pulang ke Tanah Air
Baca juga: Pemerintah putuskan pulangkan WNI dari Hubei
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2020