Lembaga pemeringkat kredit dari Jepang, Japan Credit Rating (JCR) menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi BBB positif stabil setelah sebelumnya pada April 2019 berada pada posisi BBB positif.Ini merupakan bentuk pengakuan JCR atas ketahanan kondisi perekonomian Indonesia
"Ini merupakan bentuk pengakuan JCR atas ketahanan kondisi perekonomian Indonesia di tengah tantangan perekonomian global yang tidak pasti," kata Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Nufransa Wira Sakti dalam siaran pers di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Utang luar negeri RI hingga November 2019 capai Rp5.499 triliun
Dalam laporannya, JCR menyatakan bahwa peningkatan tersebut didasarkan atas penilaian JCR tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat ditopang oleh konsumsi domestik.
Selain itu, defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan utang pemerintah pusat yang terkendali dan ketahanan terhadap gejolak eksternal.
Indikator lainnya didukung oleh nilai tukar yang fleksibel serta kebijakan moneter dan cadangan devisa yang cukup kuat.
JCR, kata dia, mengapresiasi reformasi berkelanjutan dari pemerintahan Presiden Joko Widodo, termasuk reformasi belanja pemerintah dan pembatasan subsidi bahan bakar.
Selain itu, pengembangan infrastruktur yang terus mengalami kemajuan dan lebih cepat dari yang diharapkan.
JCR juga menaruh perhatian pada upaya penyederhanaan peraturan melalui omnibus law untuk memfasilitasi investasi asing langsung (FDI) sebagai penyeimbang defisit transaksi berjalan (current account deficit).
Lembaga rating itu juga menganggap bahwa pemangkasan defisit fiskal menjadi 1,76 persen per produk domestik bruto (PDB) dalam APBN 2020 dan upaya menekan utang pemerintah pusat menjadi kurang dari 30 persen PDB merupakan rencana yang layak dapat dicapai oleh pemerintahan saat ini.
Atas capaian itu, pemerintah akan memanfaatkan penilaian peringkat kredit JCR untuk mendorong peningkatan investasi langsung dari luar negeri dan masuk ke pasar obligasi Jepang.
Pada 2019, pemerintah berhasil menerbitkan Samurai Bond dengan tenor yang relatif panjang dengan tingkat imbal hasil (yield) yang semakin kompetitif.
Transaksi Samurai Bond itu dilakukan melalui penawaran umum yang terbesar oleh sebuah negara di Asia.
Capaian tersebut, lanjut dia, mencerminkan bahwa kepercayaan investor Jepang yang terkenal sangat teliti dan hati-hati semakin meningkat dalam menginvestasikan dananya pada instrumen Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia.
Selain lembaga pemeringkat utang dari Jepang, posisi peringkat utang terakhir Indonesia dari lembaga pemeringkat utang di antaranya dari Fitch dengan peringkat BBB stabil.
Kemudian, Moody’s dengan peringkat Baa2 stabil, S&P dengan peringkat BBB stabil dan Rating and Investment dengan peringkat BBB stabil.
Baca juga: Sri Mulyani beberkan alasan pembatalan lelang SBN
Baca juga: Sri Mulyani: Investasi tekan utang sebagai sumber pertumbuhan ekonomi
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020