Kami tetap optimistis, nilai ekspor alas kaki akan meningkat pada tahun ini
Kementerian Perindustrian menempa 500 peserta pendidikan dan pelatihan (diklat) industri tekstil dan pakaian serta alas kaki karena memiliki orientasi ekspor, di mana salah satu langkah strategis aktif yang dijalankan adalah mendorong peningkatan kompetensi sumber daya manusia agar mampu menciptakan produk bermutu.
“Bersama industri tekstil dan pakaian, industri alas kaki pun mendapat prioritas pengembangan dan dipersiapkan untuk memasuki era industri 4.0 agar lebih berdaya saing di kancah global. Hal ini sejalan dengan implementasi roadmap Making Indonesia 4.0,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin Eko SA Cahyanto lewat keterangannya di Jakarta, Sabtu.
Eko menyampaikan hal itu pada Pembukaan Diklat 3in1 Operator Jahit Upper Alas Kaki Angkatan I-V Tahun 2020 di Garut, Jawa Barat.
Eko mengungkapkan, sebagai kelompok sektor padat karya dan berorientasi ekspor, industri alas kaki selama ini telah memberikan kontribusi yang signfikan terhadap perekonomian nasional.
Hal itu tercermin dari capaian nilai pengapalan produk kulit, barang dari kulit dan alas kaki dari Indonesia yang mampu menembus hingga 5,12 miliar dolar AS sepanjang tahun 2019.
“Kami tetap optimistis, nilai ekspor alas kaki akan meningkat pada tahun ini. Apalagi dengan adanya peluang investasi industri alas kaki di Indonesia yang semakin terbuka lebar setelah terjadinya perang dagang antara China dan Amerika Serikat,” katanya.
Namun demikian, guna mengejar target dan kinerja positif dari industri alas kaki Indonesia, perlu didukung ketersediaan tenaga kerja yang kompeten sehingga dapat menggenjot kualitas dan kapasitas nasional. Oleh karena itu, Kemenperin melalui BPSDMI rutin menggelar Diklat 3in1 (pelatihan, sertifikasi, dan penempatan kerja) untuk operator jahit upper alas kaki.
“Angkatan ini merupakan peserta pertama Diklat 3in1 yang dilaksanakan BPSDMI pada tahun anggaran 2020,” ungkap Eko.
Secara umum, target peserta Diklat 3in1 selama tahun 2020 akan melibatkan sebanyak 35.000 orang. Pelaksanaannya bakal tersebar di tujuh Balai Diklat Industri Kemenperin yang bekerjasama dengan pusat pelatihan milik perusahaan atau asosiasi industri.
“Sementara itu, khusus untuk Diklat 3in1 sektor alas kaki, sepanjang tahun 2019 telah terealisasi target peserta yang ikut serta sebanyak 10.751 orang yang digelar oleh Pusdiklat dan BDI di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur,” tuturnya.
Total peserta Diklat 3in1 Operator Jahit Upper Alas Kaki Angkatan I-V Tahun 2020 sebanyak 500 orang yang berasal dari wilayah Garut dan sekitarnya.
Selama 20 hari, seluruh peserta akan dibekali pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam mengoperasikan mesin jahit upper alas kaki oleh tenaga instruktur yang mayoritas berasal dari pihak industri dan asosiasi.
Pada akhir pelatihan, seluruh peserta akan mengikuti sertifikasi kompetensi dengan mekanisme uji kompetensi oleh Lembaga Sertifikasi Profesi yang ditunjuk dengan skema sesuai materi pelatihan yang diberikan.
Melalui mekanisme sertifikasi kompetensi ini, peserta akan mendapat pengakuan terhadap kompetensi yang dimilikinya sehingga diharapkan mampu meningkatkan produktivitas kerja dan daya saing industri.
Eko menambahkan, Diklat 3in1 di Garut ini dilaksanakan sebagai salah satu upaya strategis pemerintah untuk menjawab kebutuhan industri alas kaki terhadap pasokan tenaga kerja yang kompeten.
“Peserta akan ditempatkan di PT Changshin Reksa Jaya, Garut. Ke depan, tentu kerja sama dengan perusahaan lain dengan sektor industri yang beragam akan senantiasa dilakukan,” katanya.
Baca juga: Industri tekstil dan alas kaki berkontribusi 10 persen terhadap ekspor
Baca juga: Alas kaki dongkrak ekspor Banten Mei naik 61,35 persen
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020