"Saya dan segenap keluarga besar MPR sangat berduka atas wafatnya Gus Sholah. Almarhum tidak hanya dikenal sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, tetapi sudah menjadi tokoh panutan yang selalu berbicara dan bekerja demi terwujudnya persatuan umat beragama," kata Bamsoet dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Almarhum Gus Sholah akan selalu dikenang sebagai negarawan yang gigih menjaga dan merawat persatuan bangsa.
Menurut dia, bukan hanya segenap keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU) yang merasa kehilangan karena berpulangnya Gus Sholah, tetapi para sahabat almarhum dari berbagai kalangan dan komunitas lainnya pun merasakan kehilangan, termasuk Partai Golkar.
Baca juga: Obituari - Gus Sholah, NU, dan "standarisasi" pendidikan pesantren
Baca juga: Sejumlah tokoh negara melayat di rumah duka Gus Sholah
"Nama almarhum tak akan pernah hilang dari catatan Partai Golkar sebab pada Pemilu Presiden 2004, Partai Golkar 'meminang' Gus Sholah sebagai calon wakil presiden untuk disandingkan dengan Calon Presiden Wiranto," ujarnya.
Bamsoet menceritakan para inisiator hak angket kasus Bank Century DPR RI ketika itu yang sering berdiskusi dengan Gus Solah hingga kasus ini masuk ke pengadilan.
Selain itu, menurut dia, jangan lupa bahwa selama hidupnya, Gus Sholah sering menerima dan menampung keluh kesah dari beragam kalangan.
"Itu sebabnya, banyak komunitas menjadikan almarhum Gus Sholah sebagai sosok pejuang martabat kemanusiaan," katanya.
Menurut dia, Gus Sholah menyuarakan berbagai persoalan melalui sejumlah tulisan yang dipublikasikan serta tidak segan menyampaikan kritik yang konstruktif.
"Saya ikut merasakan kesedihan keluarga almarhum Gus Sholah dan keluarga besar nahdiyin. Dalam suasana duka ini, saya dan rekan-rekan di MPR melantunkan doa agar keluarga dan komunitas nahdiyin tabah serta merelakan kepergian almarhum Gus Sholah," katanya.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020