"Jadi mereka mengandung virus itu atau di dalam tubuhnya ada agen penyebab penyakit, tapi kelelawar tidak sakit. Fenomena ini yang unik. Normalnya kalau ada agen penyebab penyakit masuk ke dalam tubuh, maka hewannya sakit," kata akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB) itu ketika dihubungi di Jakarta, Senin.
Agus dan tim peneliti dari IPB bekerja sama dengan Research Center for Zoonosis Control (RCZC), Universitas Hokkaido di Jepang menemukan 6 virus yang berpotensi menularkan penyakit ke manusia di dalam kelelawar buah.
Coronavirus, bufavirus, polyomavirus, alphaherpesvirus, paramyxovirus, dan gammaherpesvirus ditemukan dalam sampel kelelawar yang berada di Bukittinggi di Sumatera Barat, Bogor dan Panjalu (Ciamis) di Jawa Barat, Gorontalo di Provinsi Gorontalo, Manado di Sulawesi Utara, dan Soppeng di Sulawesi Selatan.
Baca juga: Peneliti temukan enam jenis virus pada kelelawar buah di Indonesia
Baca juga: Pedagang kelelawar Solo tidak khawatir virus corona
Baca juga: Virus corona diduga ditularkan melalui sup kelelawar
Hewan liar itu, kata akademisi Fakultas Kodekteran Hewan IPB itu, memiliki berbagai macam mikroba di dalam tubuhnya, jauh lebih banyak dibandingkan yang Agus dan timnya temukan selama penelitian 2010-2015.
Tapi virus-virus tersebut tidak menyerang inangnya yaitu kelelawar. Padahal, jika virus itu berpindah ke manusia seperti virus corona dapat menyerang sistem pernapasan seperti 2019 novel coronavirus (2019- nCoV) yang sedang mewabah di Wuhan, China saat ini.
Tim peneliti mengambil sampel dari organ internal kelelawar buah dan feses hewan itu. Mereka menemukan keberadaan virus-virus tersebut di dalam tubuh kelelawar pemakan buah, temasuk di ginjal dan limpa yang tidak terkait dengan sistem pernapasan.
Dari temuan tersebut, dugaan sementara tim peneliti adalah virus yang ada dalam kelelawar hidup dalam sel pertahanan atau sistem imun hewan itu.
"Normalnya kalau ada benda asing, sel makrofag itu akan menghalau, akan menghancurkan benda asing itu. Tapi ketika benda asing itu ada di dalam sel makrofag sendiri, sel itu tidak akan bisa mengenali," kata dia.
Dugaan sementara, kata Agus, virus yang tinggal di sel imun itu akan berpindah ke sel baru yang terus bertumbuh saat hewan mengonsumsi makanannya. Hal itu diduga menyebabkan tidak ada persoalan yang muncul di kelelawar.*
Baca juga: Ular atau kelelawar penyebar virus corona di China
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020