• Beranda
  • Berita
  • Anggota DPR: iklim investasi perlu jaminan kepastian hukum

Anggota DPR: iklim investasi perlu jaminan kepastian hukum

3 Februari 2020 19:53 WIB
Anggota DPR: iklim investasi perlu jaminan kepastian hukum
Pembangunan jalur kereta 'light rail train' atau lintas rel terpadu (LRT) Jabodebek tampak dari ketinggian di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, Senin (30/12/2019). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc. (ANTARA/ADITYA PRADANA PUTRA)

Anggota Komisi VI DPR Marwan Jafar menilai bahwa iklim investasi di Indonesia memerlukan jaminan kepastian hukum, mulai dari aspek perizinan hingga tingkat keamanan dan kenyamanan berbisnis.

“Iklim investasi di Indonesia ada yang perlu diperbaiki. Terutama dalam konteks jaminan kepastian hukum, mulai dari aspek perizinan hingga tingkat keamanan dan kenyamanan berbisnis di Indonesia," kata Marwan lewat keterangannya di Jakarta, Senin.

Dia menyampaikan hal itu terkait beberapa pelaku investor asing yang mengambil pilihan menarik dana bernilai triliunan rupiah pada sesi perdagangan hingga akhir Januari 2020.

Menurut dia, aksi penarikan oleh para investor asing itu termasuk pihak yang membeli saham-saham kategori blue chips alias saham dari perusahaan yang bereputasi baik, berkualitas serta memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan.

Akibatnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terperosok hingga kembali ke level 5.000-an.

Marwan mencontohkan pada saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), di mana investor asing menjual saham BCA hingga setengah triliun lebih atau senilai Rp550,27 miliar.

Itu sebabnya, saham BCA pun sebagai bank swasta terbesar tersungkur ke posisi Rp32,400 per saham anjlok 1,300 poin atau 3,86 persen dengan nilai transaksi Rp1,16 triliun.

Selain itu, saham bank plat merah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) juga melemah 120 poin atau 2,62 persen ke posisi Rp4,460 per saham. Penyebabnya juga karena investor asing menarik dana yang tertanam di saham bank BUMN ini senilai Rp231,93 miliar.

Nasib sama juga dialami bank BUMN lain, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) karena merosot 100 poin atau 1,31 persen hingga berakhir di posisi Rp7,550 per saham. Investor asing juga melakukan aksi jual di saham BMRI Rp197,38 miliar.

Mengutip penelitian dari Reliance Sekuritas, Marwan Jafar yang masuk di Komisi VI DPR RI dan bermitra kerja di antaranya dengan Kementerian BUMN membenarkan bahwa hancurnya saham BBCA yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar di pasar modal Indonesia menjadi penyebab IHSG terpuruk.

Dia menambahkan, saham BCA sebagai saham berkapitalisasi pasar terbesar di IHSG turun signifikan setelah mengalami penguatan sejak tahun 2019 dan mencapai puncaknya pada tengah bulan Januari 2020.

“Investor asing melakukan aksi jual bersih saham BBCA sebesar Rp558,44 miliar hingga di akhir sesi perdagangan sehingga total investor asing melakukan aksi jual sebesar Rp1,85 triliun,” ujarnya.



Baca juga: Analis nilai iklim investasi di Indonesia akan stabil di 2020
Baca juga: Bahlil berharap Dubes Indonesia promosikan iklim investasi RI
Baca juga: Kadin harapkan iklim investasi dongkrak industri nasional pada 2020

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020