Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau menegaskan WNI yang dievakuasi dari Wuhan tidak berbahaya karena tidak ada celah transmisi virus corona kepada masyarakat Natuna.sangat tidak berbahaya karena tidak ada celah transmisi virus
Kepala Dinkes Kepri Tjetjep Yudiana, di Tanjungpinang, Selasa, menegaskan penularan virus corona melalui batuk atau bersin dengan jarak maksimal 6 meter. Gejala umum penderita corona yakni demam tinggi mencapai lebih dari 38 derajat celcius, tenggorokan perih, dan batuk.
Sementara WNI yang dievakuasi dari Wuhan tinggal di Hanggar Lanud Raden Sajad Ranai, Natuna yang berjarak sekitar 1 Km dari pemukiman warga.
"Jadi sangat tidak berbahaya karena tidak ada celah transmisi virus seandainya ada," ujarnya.
Baca juga: Jokowi perintahkan menteri jelaskan ke masyarakat soal virus corona
Baca juga: Seluruh WNI dari China di Natuna sehat, sudah ada yang kuliah
Tjetjep mengimbau warga untuk tidak terpengaruh dengan informasi hoaks yang tersebar begitu deras di media sosial. Informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan itu akan menimbulkan persoalan baru, yang semestinya tidak terjadi bila seluruh warga membaca informasi resmi dari pemerintah terkait permasalahan itu.
Ia juga menegaskan seluruh WNI yang dievakuasi dari Wuhan dalam kondisi sehat. Namun mereka harus menjalankan berbagai tahapan pemeriksaan hingga inkubasi selama 14 hari sebagai langkah kesehatan berstandar WHO yang harus dilaksanakan di Natuna.
"Sampai hari ini, tidak ada warga Kepri yang terjangkit virus tersebut, meski demikian cegah tangkal kesehatan tetap harus dilakukan, terutama di pintu keluar masuk Kepri," katanya.
Dinkes Kepri juga telah melayangkan surat resmi kepada Pemkab Natuna terkait permasalahan itu, khususnya yang menyangkut persoalan pelajar diliburkan selama WNI dari Wuhan diinkubasi selama 14 hari di Natuna.
"Percayakan dengan pemerintah dalam menangani persoalan ini agar tidak berdampak luar terhadap sektor lainnya," tuturnya.
Baca juga: Pakar: Langkah observasi WNI di hanggar sudah tepat
Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020