Megawati menyampaikan hal itu saat meresmikan patung presiden pertama RI Soekarno di kompleks Akademi Militer (Akmil), Magelang, Jumat.
Menurut Megawati, sejarah itu adalah sejarah bangsa, entah apakah itu baik atau buruk, tetap sejarah bangsa.
"Jadi, harus terukir dalam seluruh perjalanan bangsa. Untuk itu, kita akan bangga sebagai warga bangsa Indonesia," katanya.
Megawati pun sempat penasaran dengan patung yang dibuat oleh pengrajin patung Gunadi tersebut, seberapa miripkah patung Ir. Soekarno itu dengan sosok asli sang proklamator yang merupakan ayah kandung Megawati sendiri.
Baca juga: Resmikan Patung Soekarno, Megawati ucapkan terima kasih
Baca juga: Bangun Patung Soekarno, Gubernur Akmil: Abadikan sejarah Proklamator
Saat sebelum meresmikan patung, Megawati dan siapa pun sama sekali tidak bisa melihat bentuk patungnya sebab ditutupi oleh sebuah layar dari kain.
Wujud patung hanya bisa dilihat setelah diresmikan.
"Saya belum lihat patungnya. Ini sebuah teka teki apakah rupanya persis seperti Bung Karno atau tidak," kata Megawati disambut tawa para hadiri yang hadir.
Megawati mengaku banyak mendapat curhatan dari para pematung di Indonesia, misalnya I Nyoman Nuarta.
"Heran sekali Ibu Mega, sulit untuk membuat tokoh Bung Karno. Itulah kenapa kami sebagai pematung seniman itu mungkin bingung. Itu karakter susah sekali ditampilkan, ya. Begitu katanya. Saya bilang itu urusan kalian, bukan saya," ujar Megawati.
Oleh karena itu, Megawati penasaran dengan wujud patung Soekarno itu. Sebagai anak, dia mengaku bisa langsung tahu apakah hasil seni itu benar mirip ayahnya, termasuk pada usia berapa.
Tidak heran wajah sang ayah selalu berada di pikiran dan hati Megawati.
Baca juga: Resmikan patung Soekarno, Megawati dan Prabowo datangi Akademi Militer
Baca juga: Dirut KAI resmikan patung Bung Karno di Stasiun Blitar
Baca juga: Jokowi jadwalkan resmikan patung Bung Karno
Ia masih mengingat jelas kilasan dari masa lalu, termasuk saat Soekarno mendirikan Akmil Magelang.
Megawati menyebut dirinya adalah anak sang proklamator yang lahir di Yogyakarta, kota yang dekat dengan lokasi Akmil di Magelang. Diingatnya, dirinya saat itu dibawa lari mengungsi ke Kali Code sebab Istana Yogyakarta saat itu dinilai tidak aman.
"Jadi, saya bisa merasakan kalau pada waktu itu untuk mempertahankan kemerdekaan saja betapa sulitnya," kata Megawati.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020