Hal itu dikemukakan Syahrul seusai membawakan materi kuliah umum di Aula Prof DR Baharuddin Lipat, Universitas Hasanuddin, Makassar, Jumat.
Dia mengatakan, selain masih ada stok juga pada pertengahan Februari 2020 produksi bawang putih lokal sudah siap panen khususnya di Jawa Barat dan Sumatera Utara.
Baca juga: Peneliti: Indonesia perlu diversifikasi pasar impor bawang putih
Menurut dia, melonjaknya harga bawang putih di pasaran hanya terjadi di beberapa daerah saja, juga dipicu oleh asumsi-asumsi di lapangan terkait merebanyaknya virus corona di China.
Pengadaan bawang putih lokal, lanjut dia, bukan tidak bisa lebih dikembangkan di Indonesia, namun iklim yang cocok dengan tanaman itu hanya di daerah subtropis yang suhunya dingin seperti di China.
Karena itu, Syahrul menegaskan, impor bukan barang haram. Mengenai pengiriman sejumlah komoditi yang juga terhenti sementara dikirim ke China karena virus corona, dikatakan penyebab kanker karena sejumlah pelabuhan di negeri tujuan itu masih ditutup.
Baca juga: Jabar tunggu arahan pusat terkait bawang putih
"Bawang putih memang diimpor tapi bawang merah masih lebih banyak yang diekspor ke luar negeri," katanya.
Karena itu, kondisi di lapangan terkait kenaikan bawang putih diyakini segera normal kembali dalam waktu dekat.
Sebelumnya telah dilansir bahwa harga bawang putih di pasar tradisional di Makassar dalam sebulan terakhir terus bergerak naik dari harga Rp25 ribu per kilogram dan kini sudah menembus harga Rp45 ribu per kg.
Kondisi itu oleh pedagang di Pasar Terong diprediksi masih akan naik, karena persediaan di gudang distributor semakin menipis akibat tidak ada suplai lagi dari China.
Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020