Wall Street naik pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), dengan S&P 500 dan Nasdaq ditutup pada rekor tertinggi ketika pekerja dan pabrik China perlahan-lahan kembali beroperasi setelah liburan Tahun Baru Imlek yang berlarut-larut oleh wabah virus corona yang mematikan.Kekhawatiran terhadap virus corona membuat para pelaku pasar tetap cemas...
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 174,31 poin atau 0,60 persen menjadi ditutup di 29.276,82 poin. Indeks S&P 500 meningkat 24,38 poin atau 0,73 persen, menjadi berakhir di 3.352,09 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup bertambah 107,88 poin atau 1,13 persen, menjadi 9.628,39 poin.
Ketiga indeks utama saham AS menguat dalam reli berbasis luas, didorong oleh para pemimpin indeks Amazon.com, Microsoft Corp dan Alphabet Inc. Saham Amazon naik 2,63 persen menjadi 2.133,91 dolar AS, mencapai rekor tertinggi. Alphabet dan Netflix masing-masing naik 1,99 persen dan 1,17 persen.
Dari 11 sektor utama dalam S&P 500, semua kecuali energi berakhir di wilayah positif, dengan saham sektor teknologi dan konsumen membukukan kenaikan persentase terbesar.
Kekhawatiran terhadap virus corona membuat para pelaku pasar tetap cemas, dengan jumlah kematian meningkat menjadi 908 dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa kasus-kasus baru di luar China bisa menjadi "percikan yang menjadi api lebih besar."
Baca juga: Ikuti Wall Street, saham Tokyo ditutup 0,60 persen lebih rendah
Tetapi secara umum, laba perusahaan positif, data ekonomi positif dan stimulus baru-baru ini di China telah menarik pembeli ke pasar ekuitas Amerika Serikat.
"Uang yang disuntikkan China ke dalam ekonominya berhasil memberikan sentimen positif di seluruh dunia dan Anda memiliki 'mentalitas membeli apa saja dan segalanya,'" kata Paul Nolte, manajer portofolio di Kingsview Asset Management di Chicago.
"AS melihat beberapa pertumbuhan ekonomi," tambah Nolte. "Kami adalah kemeja paling bersih di binatu kotor, secara global, dan itu memberi investor alasan lain untuk membeli saham AS."
Saham Tesla Inc naik 3,1 persen setelah pabriknya di Shanghai melanjutkan produksi, dan pembuat iPhone Foxconn memulai kembali mengoperasikan pabrik utama di China dengan 10 persen dari tenaga kerjanya.
Itu adalah penghiburan yang buruk bagi Apple, yang penjualan iPhone-nya di China dapat turun sebanyak 50 persen karena virus, menurut analis.
Virus corona yang menyebar cepat kini telah menyebabkan lebih banyak kematian daripada wabah SARS 2002-2003, dan telah mempengaruhi banyak perusahaan dan sektor.
Musim pelaporan kuartal keempat mendekati putaran terakhir, dengan 324 perusahaan di S&P 500 telah melaporkan. Dari mereka, 70,7 persen telah melampaui estimasi Wall Street, menurut data Refinitiv.
Baca juga: Wall Street jatuh dari rekor tertinggi, setelah 4 hari reli
Analis sekarang melihat agregat pertumbuhan laba kuartal keempat tahun ke tahun sebesar 2,3 persen, pembalikan dari penurunan 0,3 persen yang diproyeksikan analis pada 1 Januari.
Volume transaksi di bursa AS mencapai 6,60 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 7,66 miliar selama 20 hari perdagangan terakhir.
Baca juga: Laporan kematian virus corona di Hubei kembali bertambah
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020