"(Tren musik digital) Seru sih, karena kita enggak di-doktrin sama siapa pun. Dulu kita harus punya label (buat bikin musik). Kalau enggak keterima kita enggak bisa ngapa-ngapain," kata sang vokalis, Ferdy saat ditemui di Kapal Phinisi yang berlabuh dari Baywalk, Pluit, Jakarta Utara, Kamis (13/2).
Lebih lanjut, menurut Ferdy, dengan adanya tren ini dapat mendorong pelaku musik untuk lebih bebas berkarya dan memungkinkan karyanya dinikmati oleh banyak pendengar tanpa batas.
"Sekarang, semua orang bisa bikin label sendiri, bisa upload sendiri lagunya. Dan kalau ada yang suka (dengan musiknya), mereka bisa meledak juga (karena dukungan pendengar), dan itu fair banget," ujarnya menambahkan.
Sementara sang penggebuk drum Didi Riyadi menganggap kehadiran musik yang didukung dengan teknologi ini mampu mendorong musisi untuk lebih kreatif dan mandiri dalam berkarya, termasuk promosinya.
"Kalau melihat sekarang kita (musisi) bukannya cuek ya, cuma kita bekerja mengurus sendiri. Enggak kayak dulu lagi ada manajemen yang full buat ngurusin kita. Misalnya Ferdy punya project, enggak bisa lepas tangan. Kita harus turun tangan sendiri," kata Didi.
Meski terdengar lebih merepotkan, baik Ferdy maupun Didi sepakat bahwa kegiatan yang berkaitan dengan musik pasti akan dijalani dengan sukacita bagi para pelakunya.
"Kita sudah biasa multitasking. Dan kita melakukan apa pun yang kita senangi dan pekerjaan yang kita suka. Seru sih," kata Ferdy.
Sementara itu, Element telah merilis lagu tunggal mereka, "Bahagia Tanpa Dirimu" di layanan musik daring. Band yang telah eksis sejak tahun 1999 itu juga merencanakan untuk membuat lagu baru dalam waktu dekat.
Band yang digawangi Ferdy, Didi, Adit, Arya, dan Lucky itu pun aktif membuat konten dan program menarik tentang musik di kanal YouTube masing-masing. Salah satunya adalah "58 Concert Room" yang diinisiasi Ferdy dan Adit.
Baca juga: Slank: Tren musik digital jangan dilawan!
Baca juga: Musik rock pada era digital
Baca juga: Mereka hidup segan mati tak sudi pada era digital
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020