Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah terus membantu masyarakat prasejahtera untuk dapat menjauhi garis kemiskinan dan meningkatkan taraf hidupnya menjadi lebih baik.Sektor yang kami berikan pembiayaan di sini luas dan profil nasabahnya juga beragam
Distribution Head I BTPN Syariah Dharma Putera, mengatakan, pihaknya tidak hanya memberikan pembiayaan kepada keluarga prasejahtera produktif namun juga memberikan pendampingan dan pemberdayaan. Setiap tahunnya, perubahan dampak sosial nasabah juga diukur.
"Kita ukur nasabah berdasarkan Poverty Probability Index atau PPI, nasabah ada di standar yang mana. Kita lihat di tahun ketiga apakah masih di ambang yang sama atau meningkat," ujar Dharma saat diskusi dengan awak media di Cirebon, Jawa Barat, Jumat.
PPI merupakan alat untuk mengukur kemiskinan untuk organisasi dan bisnis yang memiliki misi melayani masyarakat miskin. Alat survei tersebut berlaku internasional dan memiliki kredibilitas yang baik.
BTPN Syariah mengukur perubahan positif melalui survei berkala bagi setiap nasabah yang mengikuti program pemberdayaan. Di dalam alat survei tersebut, BTPN Syariah mengukur 10 indikator dalam peningkatan kualitas hidup nasabah, beberapa diantaranya anak sekolah, tabungan nasabah, penggunaan kayu bakar, dan kondisi sanitasi rumah nasabah.
Dharma menuturkan, PPI nasabah BTPN Syariah pada tahun-tahun awal bergabung di kisaran 26 persen. Namun pada tahun ketiga ketika diukur kembali sudah menjadi 22 persen atau turun 4 persen.
"Kenapa kecil? Kan mengubah hidup orang itu tidak gampang. Kalau studi di luar negeri, itu perlu 10 tahun. Kita bisa tiga tahun ada progress-nya. Tahun kelima dan seterusnya itu semakin membaik tingkat kesejahteraannya lewat paket-paket yan kita siapkan," kata Dharma.
Berdasarkan data per September 2019, PPI nasabah BTPN Syariah menunjukkan penurunan dari 27,1 persen pada tahun pertama, 24,8 persen pada tahun kedua, dan 22,4 persen pada tahun ketiga bergabung menjadi nasabah BTPN Syariah.
Saat ini, terdapat sebanyak 3,2 juta keluarga prasrjahtera produktif yang menjadi nasabah aktif BTPN Syariah.
Business Coach Jabar I BTPN Syariah Darwina Agustina Pane mengatakan, dari 275 ribu keluarga prasejahtera di Cirebon, sebanyak 100 ribu sudah menjadi nasabah BTPN Syariah dengan total pembiayaan mencapai Rp370 miliar.
"Sektor yang kami berikan pembiayaan di sini luas dan profil nasabahnya juga beragam. Nasabah juga banyak yang naik kelas dari yang dulunya dapat pembiayaan Rp2 juta sekarang belasan juta," ujar Darwina.
Salah satu nasabah BTPN Syariah yang berhasil naik kelas adalah Zaharoh (40) yang merupakan produsen kain batik di Desa Kalitengah, Kecamatan Tengahtani, Kota Cirebon.
Pada 2014, ia mendapatkan pembiayaan dari BTPN Syariah sebesar Rp1,5 juta, lalu meningkat menjadi Rp3 juta tahun berikutnya, dan terus naik bertahap hingga tahun lalu mendapatkan pembiayaan mencapai Rp15 juta. Saat ini ia memproduksi sekitar 5 kodi kain batik per minggunya.
"Alhamdulillah sekarang bisa dapat untung bersih Rp12 juta per bulan. Kalau lagi sepi Rp10 juta per bulan," ujarnya.
Zaharoh adalah ketua sentra dari Blok Pekauman yang pada awalnya berjumlah 10 orang ibu-ibu dan kini menjadi 23 orang. Ia aktif mengajak tetangga, teman, dan saudaranya untuk menjadi nasabah BTPN Syariah.
Selain itu, ia juga rutin menabung Rp10.000 dalam Pertemuan Rutin Sentra (PRS) yang digelar setiap dua minggu sekali bersama Community Officer (CO) dari BTPN Syariah.
Sebagai ketua sentra, ia bertanggungjawab ketika ada anggota yang tidak hadir dalam PRS dan ketika ada anggota yang lupa menitipkan angsuran ia sering membantu menanggung renteng.
Atas keberhasilan dalam mengembangkan usahanya serta berkontribusi positif bagi lingkungan sekitarnya, Zaharoh pun mendapatkan apresiasi dari BTPN Syariah berupa perjalanan umroh gratis pada tahun lalu.
Bisnis pembiayaan BTPN Syariah bisa dibilang unik karena memberikan pembiayaan secara berkelompok. Tepat Pembiayaan merupakan nama pembiayaan yang diberikan kepada kelompok yang dinamakan sentra, di dalamnya terdapat perempuan-perempuan tangguh yang memiliki sikap Berani Berusaha, Disiplin, Kerja Keras, dan Saling Bantu (BDKS) dalam menjalankan usahanya.
Setiap sentra rata-rata diisi oleh 15-25 nasabah yang memiliki berbagai macam usaha. Setiap dua minggu sekali para nasabah di dalam sentra melakukan pertemuan rutin sentra (PRS) yang didampingi oleh Community Officer.
Di dalam PRS tersebut, terdapat aktivitas perbankan, seperti menabung, pencairan pinjaman, serta pendampingan yang memberikan materi pengelolaan keuangan dan kesehatan.
BTPN Syariah sampai saat ini menjadi satu-satunya bank di Indonesia yang memfokuskan diri melayani keluarga prasejahtera produktif, yang biasa disebut 'unbankable'.
Dengan hanya memiliki 25 cabang di seluruh Indonesia, 41 kantor fungsional operasional, namun bank memiliki hampir 12.000 karyawan yang melayani langsung ke sentra sentra nasabah di hampir 70 persen total kecamatan di Indonesia.
Sebagai bank yang juga menghimpun dana, saat ini terdapat sekitar 20.000 nasabah sejahtera yang menempatkan dana mereka di BTPN Syariah. Nasabah pendanaan dilayani oleh personal banker profesional, dimana, hampir 100 persen dana yang ditempatkan disalurkan kepada keluarga prasejahtera produktif yang mencapai 3,65 juta nasabah aktif (total penerima pembiayaan sejak 2010 telah mencapai lebih dari 5 juta).
Pada 2019 lalu, BTPN Syariah berhasil menyalurkan pembiayaan mencapai Rp9 triliun, meningkat 25 persen dibandingkan tahun sebelumnya Rp7,2 triliun.
"Growth akan kita jaga di kisaran 20 persen," ujar Dharma.
Baca juga: BTPN Syariah bantu sekolah terdampak gempa di Mataram
Baca juga: Kuartal III 2019 penyaluran pembiayaan BTPN Syariah tumbuh 28 persen
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020