"Catatan ini mencakup empat spesies yang dikeluarkan dari daftar, tetapi terdapat 21 spesies baru yang tercatat," kata Research and Communication Officer Burung Indonesia Achmad Ridha Junaid dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat.
Ridha mengatakan bahwa 21 spesies burung yang baru tercatat meliputi tujuh spesies yang baru dideskripsikan dan 14 spesies dari hasil pemisahan spesies sebelumnya.
Spesies burung yang baru dideskripsikan antara lain burung Myzomela alor atau Myzomela prawiradilagae dan burung cabai kacamata atau Dicaeum dayakorum.
Myzomela alor yang diumumkan sebagai spesies baru pada Oktober 2019 merupakan burung endemis Pulau Alor yang menghuni habitat pegunungan pada ketinggian 900 meter hingga 1.270 meter di atas permukaan laut.
Sementara burung cabai kacamata atau spectacled flowerpecker dinamai Dicaeum dayakorum sebagai penghormatan kepada suku Dayak yang memiliki pengetahuan lokal luar biasa tentang flora dan fauna di tanah kelahiran mereka.
"Lima spesies burung baru lainnya adalah kipasan peleng, cikrak peleng, ceret taliabu, myzomela taliabu, dan cikrak taliabu dari Pulau Peleng, Sulawesi Tengah, dan Pulau Taliabu, Maluku Utara," kata Ridha.
Ia juga mengemukakan perihal spesies baru hasil pemisahan spesies yang meliputi tiga spesies burung uncal atau merpati, tiga spesies nuri, satu spesies merbah atau cucak, tiga spesies sikatan, dan empat spesies burung kacamata.
Selain itu, menurut dia, ada empat spesies yang sebelumnya dianggap sebagai spesies tersendiri namun setelah diteliti ternyata merupakan subspesies dari spesies yang telah dikenal sebelumnya.
"Misalnya, sikatan tanajampea atau Cyornis djampeanus yang sebelumnya dikenal sebagai spesies endemis Pulau Tanajampea, ternyata masih memiliki kemiripan dengan sikatan sulawesi atau Cyornis omissus sehingga dikelompokkan sebagai spesies yang sama," katanya.
Baca juga:
LIPI identifikasi spesies baru katak, kodok, cicak, burung
129 spesies burung hidup di Jakarta
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2020