Kabakamla akui banyak PR yang jadi tantangan

14 Februari 2020 20:38 WIB
Kabakamla akui banyak PR yang jadi tantangan
Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Laksamana Madya TNI Aan Kurnia. ANTARA/Zuhdiar Laeis
Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Laksamana Madya TNI Aan Kurnia mengakui banyaknya pekerjaan rumah (PR) yang mesti diselesaikannya ke depan sebagai tantangan untuk penguatan badan yang dipimpinnya.

"Tugas ke depan memang yang tadi disampaikan oleh Pak Taufik (Kabakamla lama) cukup berat. Akan tetapi, ini merupakan tantangan bagi saya," kata Aan Kurnia di Jakarta, Jumat.

Hal tersebut disampaikan Laksdya Aan usai serah terima jabatan Kepala Bakamla kepada pejabat sebelumnya, yakni Laksamana Madya TNI (Pur.) Achmad Taufiqoerrochman.

Baca juga: Badan Keamanan Laut akan tingkatkan kehadiran di Natuna

Ia mengingatkan bahwa tantangan permasalahan maritim di Indonesia makin lama makin meningkat sehingga perlu menjadi perhatian.

"Masalah sumber daya manusia (SDM), tadi sudah disinggung juga betul, ini kurang. Begitu pula jumlah alutsista (alat utama sistem persenjataan) ini masih kurang," katanya.

Namun, Aan optimistis bisa mengatasi berbagai tantangan tersebut dengan strategi yang telah dipersiapkannya, termasuk bersinergi dengan pemangku kepentingan.

Sementara itu, mantan Kabakamla Laksdya TNI (Pur.) Achmad Taufiqoerrochman menyebutkan Bakamla kembutuhkan sedikitnya 77 kapal dan beberapa pesawat terbang. Namun, baru ada 10 unit kapal.

Menurut dia, soal SDM juga perlu mendapatkan perhatian sebab selama ini personel Bakamla masih berupa gugus tugas dari berbagai institusi, seperti TNI dan kepolisian.

"Ini tidak boleh terjadi. Kenapa? Karena Bakamla bukan satuan tugas, bukan task force karena dia melakukan tugas yang luas dan berlanjut. Maka, dia harus independen," kata Taufiq menegaskan.

Baca juga: Bakamla bakal tingkatkan kehadiran personel di kawasan laut Natuna

Baca juga: Presiden lantik Laksamana Madya TNI Aan Kurnia sebagai Kepala Bakamla


Taufiq juga menyebutkan kurangnya personel yang harus segera diatasi agar optimal, setidaknya memenuhi daftar susunan personel (DSP) ideal untuk mengawaki kapal.

"Kapal itu, begitu saya masuk, DSP-nya 78 orang, diisi 16 orang. Bisa apa? Kemudian, saya minta ternyata dapat personel, pengawak, bukan yang dilatih untuk kapal itu. Sudah lumayan sekarang bisa 38 orang di kapal," katanya.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020