"Untuk pertahanan 'urgent'. Pertahanan itu aset loh, jangan sembarangan. Karena pertahanan yang kuat, 'power', enggak sembarangan. Aset," katanya, usai diskusi "Technology and Security: Whats Next?" di @amerika Pacific Place, Jakarta, Sabtu.
Diakui Agus yang pernah menjabat Kepala Staf Umum TNI tersebut, alutsista yang dimiliki Indonesia saat ini masih kurang, mengingat luasnya wilayah Indonesia.
Baca juga: Jokowi dorong industri strategis prioritaskan kebutuhan alutsista
"Jelas kurang lah, negara kita luas begini," kata sosok kelahiran Bandung, Jawa Barat, 28 Januari 1959.
Oleh karena itu, kata dia, pembelian alutsista diperlukan untuk memperkuat pertahanan yang sebenarnya berdampak terhadap berbagai aspek.
"Jadi, orang jangan berpikir satu sisi saja, pertahanan ngapain banyak-banyak? Loh, kalau pertahanannya amburadul, ya, negara bisa dimainin negara lain," tegas Agus.
Baca juga: Mahfud MD : Perlengkapan alutsista utamakan produksi dalam negeri
Sebelumnya diwartakan, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto melakukan lawatan ke berbagai negara untuk memperkuat kerja sama pertahanan, salah satunya Prancis pada 11-13 Januari lalu.
Dalam kunjungan itu, dikabarkan bahwa Pemerintah Indonesia tertarik membeli 48 jet tempur Dassault Rafale dan 4 kapal selam Scorpene buatan Prancis.
Surat kabar lokal Prancis, mengutip sumber Kementerian Pertahanan Perancis menyebut Pemerintah Indonesia juga tertarik membeli 2 kapal perang Korvet Gowind produksi Prancis.
Pada November 2019, Prabowo juga mengunjungi Turki, dan menyempatkan menengok industri kapal perang negara tersebut di Golcuk Naval Shipyard.
Di Markas Armada Utama yang juga merupakan galangan kapal selam itu, Menhan RI diterima langsung oleh Komandan Armada Utama, Laksamana Ercument Tatlioglu.
Prabowo juga berkesempatan meninjau langsung kapal perang kelas Corvet terbaru produksi Turki, TCG Kinaliada.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020