Membangkitkan Fukushima lewat momen Olimpiade

16 Februari 2020 10:00 WIB
Membangkitkan Fukushima lewat momen Olimpiade
Ilustrasi: logo Olimpiade raksasa yang dipasang di Odaiba Marine Park, Tokyo, untuk menyambut gelaran Olimpiade Tokyo 2020. (ANTARA/Suwanti)

Baru setelah Tokyo ditetapkan sebagai tuan rumah Olimpiade 2020, ada langkah pembenahan J-Village. April 2019, tempat ini kembali dibuka

Sembilan tahun silam, Fukushima luluh lantak dihantam rentetan bencana dahsyat berupa gempa bumi dan tsunami, disusul kemudian dengan ledakan reaktor Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi.

Lewat momen gelaran pesta olahraga dunia, Olimpiade Tokyo 2020, dalam satu setengah bulan ke depan, prefektur di wilayah timur laut Jepang itu akan memampangkan wajah barunya yang telah pulih dari bencana.

Fukushima ambil bagian dengan menjadi tuang rumah untuk pertandingan dua cabang olahraga, softball dan baseball, yang akan digelar di Stadion Baseball Azuma, Gelanggang Olahraga Azuma, Kota Fukushima.

Gelaran Olimpiade sendiri dijadwalkan pada 24 Juli hingga 9 Agustus dengan pertandingan dari 33 cabang olahraga berbeda yang dipusatkan di Tokyo sebagai tuan rumah utama.

Sementara J-Village, di Kota Hirono dan Naraha, Prefektur Fukushima, dipilih sebagai titik awal pawai obor, torch relay, Olimpiade pada 26 Maret mendatang. Dari sana, api Olimpiade akan dibawa menyusuri seluruh 46 prefektur lainnya di Jepang selama 121 hari hingga tiba di titik akhir Tokyo.

Olimpiade Tokyo 2020 mengangkat tema "Harapan Menerangi Jalan Kita" untuk pawai obor tersebut, untuk menunjukkan solidaritas berbagai wilayah di Jepang terhadap beberapa wilayah yang masih dalam proses pemulihan dari bencana 2011, seperti dikutip dari situs resminya.

Sebelum pawai dimulai di J-Village, pada 20 hingga 25 Maret, api Olimpiade akan dipamerkan secara khusus di tiga prefektur paling terdampak bencana 2011, yaitu Fukushima, Miyagi, dan Iwate dengan tajuk "Api Pemulihan".

Berbentuk kompleks olahraga dengan sejumlah fasilitas seperti 11 buah lapangan dan hotel, J-Village berdiri sejak 20 tahun lalu dan difungsikan sebagai pusat pelatihan sepak bola tim nasional Jepang.

11 Maret 2011 pukul 14.46 waktu Jepang, gempa bumi berkekuatan magnitudo 9.0 mengguncang wilayah timur laut atau Tohoku selama 180 detik. Gempa paling dahsyat sepanjang sejarah Jepang itu kemudian memicu tsunami setinggi rata-rata 10 meter.

Akibatnya, sebanyak 4.105 kematian langsung dan tidak langsung tercatat di Fukushima hingga pertengahan 2019 lalu. Sementara hingga satu tahun pascabencana, total kerugian dilaporkan sebesar 599,4 miliar yen, setara dengan sekitar Rp75 triliun, berdasarkan data pemerintah daerah Prefektur Fukushima.

Aliran listrik mati pasca terjadinya kedua bencana alam itu, menyebabkan proses pendinginan pada reaktor PLTN Fukushima Daiichi tidak dapat dijalankan. Tiga dari enam reaktor meledak.

Kecelakaan reaktor nuklir itu membawa petaka pancaran radiasi berbahaya. Pemerintah Jepang sigap menetapkan status darurat setelahnya dan mengevakuasi masyarakat terdampak dalam radius secara bertahap hingga pernah mencapai 30 kilometer dari lokasi PLTN.

Cakupan wilayah berjarak 30 kilometer itu berarti 12,5% dari luas wilayah keseluruhan Prefektur Fukushima,  dan kini wilayah terdampak radiasi sudah menyusut hingga tersisa 2,5% saja.

Letak J-Village yang hanya berjarak sekitar 20 kilometer dari PLTN Fukushima Daiichi--masuk zona perbatasan dari radius aman saat ini yang ditentukan pemerintah--membuat lokasi ini sempat dimanfaatkan sebagai pusat penanganan bencana.
Lapangan indoor dengan kubah (dome) di kompleks olahraga J-Village yang akan menjadi titik awal pawai obor Olimpiade Tokyo 2020. (ANTARA/Suwanti)


"Baru setelah Tokyo ditetapkan sebagai tuan rumah Olimpiade 2020, ada langkah pembenahan J-Village. April 2019, tempat ini kembali dibuka," kata Perwakilan Pemerintah Prefektur Fukushima untuk J-Village, Hideo Imazato, kepada sejumlah jurnalis Indonesia saat melakukan kunjungan ke lokasi pada 7 Februari 2020.

Tak banyak yang berubah dari J-Village baru; hanya pengurangan satu buah lapangan serta penambahan bagian gedung hotel. Selain untuk titik pawai obor di lapangan indoor dengan kubah (dome), seturut fungsi utamanya dahulu, J-Village akan menjadi pusat pelatihan Tim Nasional Jepang untuk cabang olahraga sepak bola putra dan putri.

Amankah dari radiasi?

Radiasi dari ledakan nuklir adalah momok utama di Fukushima. Kabar baik bahwa Stadion Baseball Azuma letaknya cukup jauh dari titik PLTN Fukushima Daiichi, sehingga radiasi radioaktif terukur sangat kecil saat ini.

"Untuk lapangan baseball, kami mengecek sebulan sekali, lalu mengumumkan hasilnya melalui situs internet," ucap Wakil Direktur Unit Promosi Olimpiade dan Paralimpiade Pemerintah Prefektur Fukushima, Jun Suzuki.

Sementara itu, J-Village yang jaraknya lebih dekat dengan PLTN Fukushima Daiichi masih mendapat sorotan terkait kontaminasi radioaktif, sekalipun menurut Suzuki, lokasi itu juga sudah mendapat penanganan serupa.

Organisasi lingkungan hidup internasional Greenpeace pada 17 Desember 2019 melalui pernyataan pers di situs resminya menyebut, "kontaminasi radioaktif masih terdeteksi di area parkir dan dekat hutan sekitar kompleks olahraga ini."

Dalam pernyataan itu dijelaskan, pada 12 Desember 2019, Kementerian Lingkungan Hidup Jepang mengkonfirmasi bahwa Tokyo Electric Power Company (TEPCO) sebagai pengelola PLTN Fukushima Daiichi telah menangani dua titik dengan tingkat radioaktif tinggi.

Walaupun begitu, melalui survei yang dilakukan esok harinya, Greenpeace mendapat temuan area publik tertentu di dalam dan sekitar J-Village masih terdeteksi kontaminasi radioaktif.

"Kami menghargai langkah pemerintah dan TEPCO membuang bagian terkontaminasi dekat J-Village. Namun, kontaminasi di sana belum tertangani dan masih rumit dengan radiasi tingkat tinggi yang dapat tersebar jika turun hujan deras," kata fisikawan nuklir dan spesialis radiasi Greenpeace Jerman, Heinz Smital, yang sempat berada di Fukushima.

Menanggapi laporan Greenpeace itu, Imazato membantah bahwa saat ini masih ada area di J-Village yang terkontaminasi radioaktif tinggi.
Peta tingkat radiasi udara di wilayah Prefektur Fukushima, sesuai dengan data pemerintah setempat. (ANTARA/Suwanti)


"Temuan Greenpeace itu ternyata bukan di lokasi J-Village namun di sebelahnya. Kami juga sudah mengecek keseluruhan J-Village sebanyak dua kali dan tidak ada masalah lagi soal tingkat radiasi," ujar Imazato.

Sesuai dengan konfirmasi yang disebut Greenpeace dalam pernyataannya, Imazato juga menyebut lokasi kawasan parkir serta pohon-pohonnya telah dibersihkan.

"Memang di bagian utara J-Village ada area dengan tingkat radiasi tinggi, namun sekitar lokasi ini sendiri tidak masalah, jadi cukup aman untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Kami juga mengumumkan hasil monitoring tingkat radiasi," kata dia, kembali mencoba meyakinkan.

Bagaimanapun, pemerintah Prefektur Fukushima tak membantah bahwa kecelakaan ledakan reaktor nuklir PLTN Fukushima Daiichi masih menyisakan area yang sama sekali belum pulih--dan perlu waktu puluhan tahun jika bicara tentang area terdekat atau pusat ledakannya sendiri.

"Kami ingin menunjukkan pemulihan bencana, walaupun masih ada segi yang belum memadai. Tetap ada dua sisi, yaitu yang sudah pulih dan yang belum," kata Imazato mengakui.

Setidaknya setelah sembilan tahun berlalu, Fukushima tidak mati karena bencana. Sebaliknya, ia berhasil pulih dan bangkit lagi.

Baca juga: Fukushima pastikan pawai obor Olimpiade aman dari ancaman radiasi

Baca juga: Jelang Olimpiade, Jepang hadapi tantangan kontaminasi nuklir Fukushima

Pewarta: Suwanti
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020