"Kita bayangkan, saat ini, misalnya, ada Teater Koma yang akan pentas dengan 100 pemain. Bayangin 100 pemain pentas 1 minggu penuh. Terus mereka mau tidur di mana selama ini? kata Direktur Operasional Jakarta Propertindo (Jakpro) Muhammad Taufiqurrachman di Hotel Kempinski, Rabu.
"Makanya kita sosialisasi dengan adanya Wisma Seni yang dulunya pondok-pondok itu, kita berikan semacam losmen itu,Wisma Seni itu. Kamarnya kurang lebih 200 kamar," katanya.
Losmen-losmen itu nantinya difasilitasi dengan kebutuhan para seniman untuk istirahat dan tidak akan dipatok (harganya). Apalagi digunakan untuk wisatawan seperti yang dikhawatirkan oleh seniman yang menolak revitalisasi TIM dikerjakan Jakpro.
"Ini untuk memberikan teman-teman seniman tempat yang layak dan kita tidak mengomersilkan itu untuk para seniman. Dengan senang hati kami akan memfasilitasi para seniman untuk memanfaatkannya," kata Taufiq.
Baca juga: Revitalisasi TIM capai 15 persen
Baca juga: Jakpro: Revitalisasi TIM sudah akomodir masukan seniman
Taufiq mengatakan, Wisma Seni bukanlah hotel yang ditujukan untuk masyarakat umum. Wisma Seni dikhususkan hanya untuk seniman.
"Tapi itu (Wisma Seni) bukan hotel loh. Kita tidak bicara lagi hotel," kata Taufiq.
Revitalisasi TIM yang dikerjakan Jakpro sebagai hasil penunjukan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sempat ditolakan oleh seniman. Hal itu menjadi salah satu peristiwa yang turut mewarnai perjalanan revitalisasi pusat kebudayaan itu.
Dalam Keputusan Gubernur DKI Jakarta tertuang bahwa Jakpro akan diberikan modal sebesar Rp1,6 triliun untuk merevitalisasi TIM dalam dua tahap.
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020