• Beranda
  • Berita
  • Menkeu belum revisi pertumbuhan 2020 meski ada virus corona

Menkeu belum revisi pertumbuhan 2020 meski ada virus corona

19 Februari 2020 23:05 WIB
Menkeu belum revisi pertumbuhan 2020 meski ada virus corona
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) bersama Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara (kanan) menyampaikan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 di Jakarta, Rabu (19/2/2020). ANTARA FOTO /Puspa Perwitasari/foc.

Kita akan lihat dampaknya ke ekonomi kita, karena itu pasti berpengaruh ke PDB China

Menteri Keuangan Sri Mulyani belum merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi 2020 sebesar 5,3 persen meski kondisi global sedang menghadapi ancaman perlambatan karena adanya penyebaran virus corona.

"Kita akan lihat dampaknya ke ekonomi kita, karena itu pasti berpengaruh ke PDB China," kata Sri Mulyani dalam jumpa pers perkembangan APBN 2020 di Jakarta, Rabu.

Sri Mulyani mengatakan virus corona dapat mempengaruhi perekonomian global mengingat China merupakan perekonomian terbesar kedua di dunia dan berkontribusi terhadap 17 persen PDB global.

Baca juga: Mari Pangestu prediksi ekonomi RI kuartal I masih tumbuh 5 persen

Meski demikian, China telah berupaya sebaik mungkin untuk menahan penyebaran virus corona dengan menjaga mobilitas penduduk hingga kejadian ini masih terkendali dan belum mencapai tahapan pandemi.

Ia bahkan memprediksi Tiongkok akan melakukan kebijakan "countercyclical" melalui ekspansi fiskal maupun kredit sehingga ekonomi Negara Tirai Bambu itu bisa kembali naik pada triwulan II atau III-2020.

Menurut Sri Mulyani, negara yang terlibat perang dagang dengan AS ini pernah melakukan kebijakan tersebut ketika terjadi krisis finansial pada 2008 dan hasilnya mampu meningkatkan kinerja ekonomi.

"Kita lihat pada triwulan satu ini, dan biasanya setelah itu ada stimulus China, itu luar biasa dampaknya ketika mereka melakukan countercyclical pada 2008," ujarnya.

Baca juga: BI optimistis ekonomi tumbuh 5,1-5,5 persen di tengah ancaman corona

Dengan perkiraan adanya pembenahan dari China, ia menyakini kinerja ekonomi global masih dapat terkendali, apalagi pemerintah sudah menyiapkan stimulus belanja untuk menjaga kondisi domestik.

"Kita jangan under estimate dan juga menjadi terlalu pesimis," kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.

Dalam kesempatan ini, Sri Mulyani juga memaparkan risiko dari perlambatan ekonomi China kepada Indonesia akibat penyebaran virus corona.

Menurut dia, disrupsi yang terjadi di Tiongkok dapat mengganggu kunjungan turis dari China, apalagi porsi wisatawan China di Indonesia mencapai 13 persen atau kedua terbesar setelah Malaysia.

Baca juga: Luhut sebut ada corona, tahun 2020 tumbuh 5 persen sudah bagus

Dari sisi perdagangan, terjadi gangguan ekspor maupun impor Indonesia, karena 27 persen impor nonmigas dan 16,7 persen ekspor nasional terkait langsung dengan China.

Selain itu, penyebaran virus corona ini juga berpotensi menurunkan harga komoditas terutama CPO dan batubara yang menjadi komponen ekspor utama Indonesia.

Dengan potensi perlambatan yang terjadi, maka penurunan pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebesar satu persen, ikut berdampak ke Indonesia sebanyak 0,3 persen - 0,6 persen.

Baca juga: Menko Airlangga: Virus corona berpotensi tekan ekonomi RI 0,29 persen

Pewarta: Satyagraha
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020