Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Wamendes PDTT) Budi Arie Setiadi mengaku bangga melihat kerukunan warga transmigrasi di UPT Rano, tepatnya di Desa Mehalaan, Kecamata Mehalaan, Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat.transmigran di UPT Rano terbilang sangat rukun meskipun berasal dari suku, budaya dan agama yang berbeda-beda.
Wamen Budi Arie menilai, warga transmigran di UPT Rano terbilang sangat rukun meskipun berasal dari suku, budaya dan agama yang berbeda-beda.
Wamen Budi Arie mengatakan, kerukunan adalah kunci dari kesejahteraan masyarakat di sebuah desa.
"Persatuan nasional kita itu mahal, berapa juta pahlawan dan pendiri bangsa ini mendirikan yang namanya Indonesia, pernah gak kita memikirkan dan mempertanyakan suku kita, agama kita, para pemimpin pernah gak mempertanyakan itu," kata Budi Arie di Mamasa, Kamis.
Wamendes yang didampingi istrinya, Zara Murzandina, mengaku optimistis warga transmigrasi di Mamasa tersebut kesejahteraannya terus meningkat.
Baca juga: Wamendes PDTT resmikan jembatan di perkampungan transmigrasi di Sulbar
Salah satu tujuan dari transmigrasi adalah untuk pembangunan Indonesia yang merata alias tidak hanya terpusat di Jawa dan Jakarta.
"Pembangunan Indonesia sentris artinya pembangunan yang adil dan merata di seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari dari Miangas sampai pulau Rote, khususnya yang tidak boleh dilupakan adalah Mamasa," katanya.
UPT Rano Desa Mehalaan, Kecamata Mehalaan, Kabupaten Mamasa dibuka sejak 2016 oleh Direktorat Penyiapan Kawasan dan Pembangunan Permukiman Transmigrasi (PKP2Trans) Kemendes PDTT dan mempunyai daya tampung sebanyak 250 KK.
Hingga saat ini, UPT Rano masih dihuni oleh 205 KK yang mayoritas berasal dari pulau Jawa dan Bali.
Rencananya, pada tahun 2020, PKP2Trans Kemendes PDTT akan memenuhi daya tampung tersebut yang masih tersisa 35 KK.
Baca juga: Wamendes PDTT kunjungi warga transmigrasi di Sulawesi Barat
Pewarta: Amirullah
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2020