"Jahe merah tidak seperti jahe pada umumnya, bentuk luar yang berwarna merah cenderung mudah untuk dikenali. Untuk rasanya jahe merah lebih pedas dibandingkan dengan jahe jenis lainnya," kata salah satu anggota tim peneliti Ida Nugroho di Solo, Jumat
Ia mengatakan jahe merah ini memiliki kandungan antioksidan tinggi dan berfungsi sebagai pencegah radikal bebas yang dapat merusak sel-sel tubuh.
Selain itu, dikatakannya, jahe merah juga mengandung antiinflamasi dan antioksidan sehingga dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh dari serangan virus maupun bakteri.
"Manfaat yang besar jahe merah terhadap sistem kekebalan tubuh ini perlu dikembangkan lebih luas. Pengembangan budidaya jahe ini bisa dilakukan pada sekitar pekarangan dengan menanam di dalam pot atau di luar pot sehingga sangat mudah dilakukan," katanya.
Ia mengatakan jahe merah merupakan salah satu jenis herbal yang bisa mencegah masuknya virus ke dalam tubuh.
"Budi daya jahe merah dapat bermanfaaat dan menguntungkan para petani dan masyarakat karena dapat memperoleh tambahan penghasilan dan pendapatan," katanya.
Sementara itu, dikatakannya, pengembangan budi daya jahe merah sendiri sudah dilakukan di Desa Wonorejo, Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Untuk lahan yang digunakan seluas 5 hektare dengan melibatkan 70 petani.
Menurut dia, tanaman jahe merah dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat sekitar 200-600 meter di atas permukaan laut (mdpl).
"Bahkan dari beberapa sumber lain menyatakan bahwa tanaman jahe merah juga masih dapat tumbuh dengan baik sampai ketinggian 900 mdpl, sedangkan di Wonorejo ketinggian sekitar 800 mdpl sehingga masih cocok untuk budi daya jahe merah," katanya.
Ia mengatakan budi daya jahe merah hasil kerja sama antara UNS dengan Wana Agro di daerah tersebut baru pertama kali dilakukan. Menurut dia, ke depan akan dikembangkan riset dengan luas lahan 1,5 hektare pada lahan UNS untuk dikembangkan secara intensif.
Selain Ida Nugroho, tiga anggota lain dalam tim yang juga ikut mengembangkan budi daya tersebut, Supriyono, Bambang Pujiasmanto, dan Sri Nyoto.
Pewarta: Aris Wasita
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020