• Beranda
  • Berita
  • Wall Street jatuh terburuk, terseret kejatuhan saham teknologi

Wall Street jatuh terburuk, terseret kejatuhan saham teknologi

22 Februari 2020 06:11 WIB
Wall Street jatuh terburuk, terseret kejatuhan saham teknologi
Ilustrasi: Para pialang sedang bekerja memperhatikan layar monitor pergerakan saham di Bursa Efek New York, Wall Street, Amerika Serikat. REUTERS/Brendan McDermid/aa.

Ini membuat wild card (pengaruhnya tidak dapat diprediksi) untuk perusahaan dan investor

Wall Street dilanda aksi jual, mengalami penurunan persentase harian terburuk dalam sekitar tiga minggu pada akhir perdagangan Jumat (Jumat pagi WIB), karena lonjakan kasus Virus Corona baru dan data yang menunjukkan kemacetan dalam kegiatan bisnis AS pada Februari, memicu kekhawatiran investor tentang pertumbuhan ekonomi.

Penurunan dipimpin oleh sektor teknologi untuk sesi kedua berturut-turut. Saham-saham teknologi kelas berat, Microsoft Corp, Amazon.com Inc, dan Apple Inc adalah penyeret terbesar pada S&P 500.

Indeks teknologi S&P jatuh 2,3 persen. Pembuat chip, yang memiliki ikatan kuat dengan China, juga turun tajam. Indeks Semikonduktor Philadelphia berakhir turun tiga persen.

China melaporkan lompatan dalam kasus baru pada Jumat (21/2/2020), sementara Korea Selatan menjadi hot spot terbaru, dengan 100 kasus baru, dan lebih dari 80 orang dinyatakan positif terkena virus di Jepang.

Baca juga: Harga minyak turun, terseret kekhawatiran baru korban Virus Corona

"Ini membuat wild card (pengaruhnya tidak dapat diprediksi) untuk perusahaan dan investor," kata Presiden Chase Investment Counsel, Peter Tuz di Charlottesville, Virginia. "Pergi ke akhir pekan tidak begitu lama setelah pasar saham mencapai level tertinggi, orang-orang mengambil uang dari meja (ambil untung)."

Apple awal pekan ini mengeluarkan peringatan penjualan, mengutip dampak wabah virus.

Kekhawatiran mendorong pengukur rasa takut Wall Street, indeks volatilitas CBOE meningkat, dan menyebabkan investor mencari aset safe haven. Indeks VIX, sebutan lain untuk indeks volatilitas CBOE, mencapai level penutupan tertinggi sejak 3 Februari.

Harga emas dan obligasi melonjak dan beberapa sektor ekuitas defensif, termasuk kebutuhan pokok mengakhiri hari lebih tinggi.

Baca juga: Harga emas melonjak 28,3 dolar, dipicu khawatir ekonomi global jatuh

Indeks Manajer Pembelian IHS Markit dari aktivitas sektor jasa turun ke level terendah sejak Oktober 2013, menandakan kontraksi untuk pertama kalinya sejak 2016. Sektor manufaktur juga mencatat angka terendah sejak Agustus.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 227,57 poin atau 0,78 persen, menjadi ditutup di 28.992,41 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 35,48 poin atau 1,05 persen, menjadi berakhir di 3.337,75 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup jatuh 174,38 poin atau 1,79 persen, menjadi 9.576,59 poin.

Untuk minggu ini, Dow turun 1,4 persen dan S&P 500 kehilangan 1,3 persen. Nasdaq turun 1,6 persen, persentase penurunan mingguan terbesar dalam tiga minggu terakhir.

Harapan pelonggaran moneter oleh bank-bank sentral utama telah mendorong S&P 500 dan Nasdaq ke tertinggi sepanjang masa awal pekan ini.

Juga pada Jumat (21/2/2020) Dropbox Inc melonjak 20 persen setelah menaikkan prospek untuk margin operasi, dan Deere & Co naik tujuh persen setelah kenaikan tak terduga dalam laba kuartal pertama.

Volume transaksi di bursa AS mencapai 8,28 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 7,66 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.

Baca juga: Dolar melemah tertekan data ekonomi yang mengecewakan, yen "rebound"

 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020