BNPB: Tsunami dapat diredam melalui vegetasi

24 Februari 2020 12:12 WIB
BNPB: Tsunami dapat diredam melalui vegetasi
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo memukul gong saat pembukaan kegiatan seminar kebencanaan di Jakarta, Senin (24/2/2020). ANTARA/Muhammad Zulfikar/aa.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan tsunami dapat diredam melalui sejumlah tanaman atau vegetasi dengan syarat ketebalan mencapai sekitar 200 meter dari bibir pantai.

"Tentu dengan jenis vegetasi yang sudah dipilih dan dapat dijadikan sebagai benteng alam," kata dia di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan vegetasi yang dapat dimanfaatkan sebagai benteng alam di antaranya mangrove, cemara udang, ketapang, beringin dan pohon palaka.

Baca juga: Polri dukung penguatan ekonomi kerakyatan melalui penanaman mangrove

Beragam jenis tumbuhan tersebut dinilai dapat menjadi salah satu solusi jangka menengah dan panjang sebagai upaya pencegahan bencana alam yang kerap dan berulang kali terjadi di Tanah Air.
 
Pengunjung menikmati suasana hutan mangrove Lantebung di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (15/2/2020). Kawasan hutan mangrove yang menjadi penahan abrasi tersebut menjadi salah satu tempat wisata di Makassar yang ramai dikunjungi wisatawan untuk berswafoto dan menikmati matahari tenggelam saat libur akhir pekan. ANTARA FOTO/Arnas Padda/pras.


Apalagi, Indonesia adalah negara yang berada di kawasan cincin api sehingga potensi gempa dan tsunami bisa saja terjadi kapan pun. Oleh sebab itu butuh beragam penanganan.

Keberadaan vegetasi tadi telah terbukti saat terjadi tsunami di Selat Sunda dimana rumah-rumah warga yang berada di sekitar tanaman tersebut aman dari terjangan ombak. Sementara, bangunan yang tidak dilindungi vegetasi pada umumnya menjadi korban.

Ia mengatakan upaya penanganan bencana alam tidak bisa selalu mengandalkan konstruksi bangunan. Berkaca dari "seawall" atau tembok laut yang pernah dibangun Jepang hancur setelah diguncang gempa bumi.

"Masyarakat yang semula sudah merasa aman tinggal di tempat itu akhirnya menjadi korban. Jumlah korban pun melampaui prediksi yang ada," katanya.

Artinya, kata dia, bangunan atau konstruksi yang dibuat manusia tidak bisa menjadi jaminan keselamatan dalam menghadapi bencana atau kekuatan alam. Oleh sebab itu, beragam upaya mitigasi bisa dilakukan salah satunya penanaman vegetasi tadi.

Ia menambahkan penanganan bencana alam harus dilakukan secara lintas peradaban. Karena tidak bisa berpikir 10 tahun ke depan saja melainkan harus 100 tahun yang akan datang.

Baca juga: Cegah rob, Ditpolairud Polda Jabar tanam mangrove di pesisir Cirebon
Baca juga: Sambut Hari Mangrove Sedunia, Babel luncurkan gerakan tanam mangrove

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020