Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur menutup wilayah atau tidak mengizinkan lalu lintas ternak babi atau produk asal ternak babi, baik masuk maupun keluar NTT menyusul serangan virus african swine fever (ASF) terhadap babi di Pulau Timor.Pemprov NTT juga memproteksi pulau-pulau yang masih bebas virus ASF dengan memperketat pengawasan
Pemprov NTT juga memproteksi pulau-pulau yang masih bebas virus ASF dengan memperketat pengawasan, kata Asisten II Setda Nusa Tenggara Timur, Semuel Rebo di Kupang, Selasa.
"Hasil pemeriksaan laboratorium sudah terkonfirmasi positif ASF di Kabupaten Belu. Langkah yang diambil pemerintah ialah melakukan penutupan wilayah atau tidak mengizinkan lalu lintas ternak babi ataupun produk asal ternak babi, baik masuk maupun keluar," katanya.
Baca juga: Pulau Timor positif terserang virus African Swine Fever
Langkah lain adalah melakukan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) secara meluas kepada semua lapisan masyarakat, pendataan peternak babi dan penanganan biosecurity.
Kemudian menyusun langkah-langkah strategis program dalam rangka recovery terhadap kelompok peternak babi, yang menjadi korban serangan ASF, katanya.
Dia menambahkan, Pemerintah Provinsi NTT sedang membangun kordinasi dengan pihak Kementerian Pertanian untuk mendapatkan dukungan penanganan ASF.
Semuel Rebo juga menegaskan, tidak menyarankan masyarakat untuk mengonsumsi daging babi yang sakit atau mati karena terserang virus ASF, walaupun menurut para ahli daging babi aman untuk dikonsumsi.
"Kalau soal bisa dikonsumsi atau tidak, menurut ahli, daging ternak babi yang terkena virus bisa dikonsumsi, tetapi kami tidak menyarankan masyarakat untuk mengonsumsinya," kata Semuel Rebo.
Baca juga: 47.143 ekor babi di Sumut mati akibat virus ASF
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020