Budi Waseso atau akrab disapa Buwas tersebut menjelaskan beras sisa impor, antara lain dari Thailand dan Pakistan ini tersimpan di Gudang Bulog di berbagai wilayah Indonesia. Saat ini, stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang dimiliki Bulog sebanyak 1,7 juta ton, termasuk beras sisa impor.
"Kurang lebih masih ada 900.000 ton dari kita impor sebesar 1,8 juta ton. Itu (izin) impornya tahun 2017, masuknya secara keselutuhan 14 Februari 2018. Kita menyimpan ini sebaik mungkin, sehingga kualitas mutu masih terjamin," kata Buwas saat ditemui di Gudang Bulog Kelapa Gading Jakarta, Kamis.
Buwas menyebutkan bahwa kualitas beras impor tersebut memang memiliki kualitas yang bagus karena melalui proses dari pengeringan, penggilingan hingga pengemasan yang sempurna.
Penyimpanan dan perawatan beras impor tersebut juga dilakukan dengan memerhatikan kelembaban gudang. Dengan begitu, beras impor lebih memiliki daya tahan dan kualitas yang lebih baik.
Bulog pun berupaya menghasilkan beras berkualitas tinggi, yakni dengan membangun mesin pengolahan "rice to rice" di seluruh gudang, membangun Rice Milling Unit (RMU) dan mesin pengering agar produksi padi dalam negeri juga dapat disimpan lama.
Meski beras sisa impor masih bisa bertahan, Buwas tidak menampik bahwa sebagian stok tersebut akan didistribusikan untuk diolah menjadi tepung yang dibutuhkan oleh industri makanan.
"Tergantung dari pada kebutuhan para pengusaha industri pangan. Itu mereka akan melihat jenis yang akan diambil untuk diolah menjadi tepung. Bisa saja dari eks impor. Saya kan harus memastikan sesuai dengan kebutuhan para pengusaha," kata Buwas.
Sebelumnya, Buwas menyebutkan bahwa Bulog akan menyalurkan 470.000 ton beras CBP guna memenuhi kebutuhan industri makanan untuk bahan baku tepung dari beras.
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020