"Kalau persoalan harga gula yang naik beberapa waktu terakhir ini, pemerintah seharusnya membenahi sistem distribusi yang lebih efisien. Rantai distribusi gula yang panjang membuat harga bisa makin mahal sehingga yang diuntungkan justru bukan petani, tapi pedagang," kata Mufti Anam saat dihubungi, Kamis.
Ia mengatakan, keseriusan membenahi distribusi ini tidak hanya terkait gula, namun juga komoditas lain, seperti garam yang menurut banyak pihak ada rembesan garam industri ke pasar garam konsumsi.
Politisi PDI Perjuangan ini mengatakan, konsumsi gula sebenarnya tak sama dengan komoditas lain seperti beras, yakni untuk tingkat konsumsi beras masyarakat Indonesia mencapai kisaran 100 kg per orang per tahun. Sedangkan konsumsi gula hanya 7 kg per orang per tahun.
"Jadi misalnya ada kenaikan harga gula berbasis tebu petani Rp1.000 per kg, maka masyarakat menanggung tambahan Rp7.000 per tahun. Jadi sebenarnya ya relatif tidak signifikan. Sedangkan untuk industri makanan-minuman kan beda gulanya, mereka pakai rafinasi, bukan gula tebu petani," katanya.
Sehingga, jika Kemendag bisa membikin skema distribusi yang pendek dengan petani atau koperasi petani sebagai pemain utama pemasaran gula, maka kesejahteraan petani bakal meningkat.
”Jika itu dilakukan, Pak Mendag akan dikenang sebagai menteri yang hebat,” kata Mufti.
Mufti juga meminta agar Kemendag untuk meningkatkan tata kelola perizinan impor, sebab permasalahan izin impor sejak dulu diwarnai prasangka negatif, mulai adanya impor, mafia impor dan sebagainya.
"Saya melihat jika perizinan impor ini governance-nya ditingkatkan, dibikin transparan, semua orang bisa memantau dengan mudah, real time, pasti sangat bagus. Ya kira-kira seperti yang dilakukan Pak Ahok di Pertamina, dia bikin laporan impor minyak mentah, pengadaan kapal angkut ekspor-impor migas, dan sebagainya menjadi mudah diakses banyak orang," katanya.
Sebelumnya diberitakan, pemerintah berencana mengimpor gula untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga alias gula kristal putih (GKP) yang diproyeksikan mencapai kisaran 500 ribu ton.
Salah satu pendorong rencana impor gula adalah karena harga gula di pasar saat ini naik, kemudian produksi yang dihasilkan petani diprediksi tidak bisa memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat.
Baca juga: Mendag masih kaji Bulog impor gula 200 ribu ton
Baca juga: Stabilisasi harga, Bulog minta ditugaskan impor gula 200.000 ton
Baca juga: Peneliti desak kebijakan impor gula betul-betul dievaluasi
Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2020