Sebuah serangan udara oleh pasukan pemerintah Suriah di wilayah barat laut Suriah, Idlib, menewaskan 33 tentara Turki dan melukai yang lain, kata gubernur provinsi Hatay, Turki tenggara, secara terpisah Jumat pagi.
Direktur komunikasi Turki Fahrettin Altun mengatakan bahwa sebagai balasan, "semua yang diketahui" sebagai pasukan Suriah ditembaki oleh unit pendukung udara dan darat Turki.
Erdogan telah memperingatkan bahwa Turki akan melancarkan serangan skala penuh untuk mengusir pasukan Suriah kecuali mereka mundur.
Dia mengadakan pertemuan darurat dengan staf selama beberapa jam pada Kamis malam (27/2) untuk membahas serangan itu, yang meningkatkan jumlah kematian militer menjadi 54 selama bulan ini.
Hampir satu juta warga sipil telah telantar di Idlib dekat perbatasan Turki sejak Desember ketika pasukan pemerintah Suriah yang didukung Rusia merebut wilayah dari pemberontak Suriah yang didukung Turki, menandai krisis kemanusiaan terburuk dalam perang sembilan tahun negara itu.
Ancaman untuk membuka jalan bagi pengungsi ke Eropa, jika dieksekusi, akan membalikkan janji yang dibuat Turki ke Uni Eropa (EU) pada 2016 dan dapat dengan cepat menarik kekuatan Barat ke dalam perselisihan di Idlib dan menghentikan negosiasi antara Ankara dan Moskow.
Untuk mengantisipasi gelombang pengungsi dari Idlib, polisi Turki, penjaga pantai, dan petugas keamanan perbatasan telah diperintahkan untuk mundur di penyeberangan darat dan laut pengungsi, kata pejabat Turki itu kepada Reuters.
"Kami telah memutuskan, secara efektif segera, untuk tidak menghentikan pengungsi Suriah mencapai Eropa melalui darat atau laut," kata pejabat itu, yang meminta disebut anonim.
"Semua pengungsi, termasuk dari Suriah, dipersilakan untuk menyeberang ke Uni Eropa," ujar dia.
Beban menampung pengungsi "terlalu berat untuk dibawa oleh satu negara," kata pejabat itu.
Turki menampung sekitar 3,7 juta pengungsi Suriah dan telah menegaskan bahwa negara itu tidak dapat menangani lebih banyak. Di bawah kesepakatan 2016, Uni Eropa telah memberikan bantuan miliaran euro sebagai imbalan bagi Ankara yang setuju untuk membendung masuknya migran ke Eropa.
"Keprihatinan Serius"
Rahmi Dogan, gubernur Hatay, mengatakan tidak satu pun dari 32 tentara Turki yang terluka dalam serangan udara Kamis berada dalam kondisi kritis.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan negara itu sangat prihatin dengan serangan yang dilaporkan terhadap tentara Turki.
"Kami mendukung Turki sebagai sekutu NATO kami dan terus menyerukan untuk segera mengakhiri serangan tercela oleh rezim Assad, Rusia, dan pasukan yang didukung Iran," kata seorang perwakilan Departemen Luar Negeri dalam sebuah pernyataan.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyuarakan "keprihatinan serius" terkait peningkatan di barat laut Suriah dan melaporkan bahwa puluhan tentara Turki telah tewas dalam serangan udara, dan mengulangi seruannya untuk gencatan senjata segera, kata seorang juru bicara.
Erdogan dan Presiden AS Donald Trump mungkin melakukan panggilan telepon untuk membahas Idlib setelah serangan terhadap tentara Turki, dua pejabat Turki mengatakan kepada Reuters.
Pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang didukung oleh serangan udara Rusia, telah berusaha keras dalam beberapa bulan terakhir untuk merebut kembali wilayah yang dikuasai pemberontak besar terakhir di barat laut Suriah setelah perang negara yang telah memaksa jutaan orang untuk mengungsi dan menewaskan ratusan ribu orang.
Turki telah mengirim ribuan tentara dan peralatan militer ke provinsi Idlib dalam beberapa pekan terakhir untuk mendukung pemberontak yang didukungnya, dan telah menyaksikan 21 tentaranya tewas selama bulan ini.
Perjanjian Migran EU-Turki
Ketika pertempuran berkecamuk di beberapa barisan depan pada Kamis, PBB mengatakan pihaknya memiliki konsekuensi "bencana" kemanusiaan, dengan sedikitnya 134 warga sipil termasuk 44 anak-anak tewas hanya pada Februari, dan sekolah serta rumah sakit hancur.
Tujuh anak-anak termasuk diantara 11 orang yang tewas ketika serangan udara menghantam sebuah sekolah di Idlib utara pada Selasa, menurut PBB.
Turki telah mendesak Eropa untuk berbuat lebih banyak guna meredakan krisis di Idlib, dan tahun lalu Erdogan mengancam bahwa pemerintahnya dapat "membuka gerbang" bagi para migran ke Eropa jika gagal bertindak.
Kesepakatan UE-Turki 2016 bertujuan untuk membantu mengakhiri kekacauan masuknya para migran dan pengungsi, kebanyakan dari mereka melarikan diri dari perang dan kemiskinan di Timur Tengah, Afrika dan Asia, setelah lebih dari satu juta orang mencapai Eropa pada 2015.
Di bawah perjanjian tersebut, para migran dan pengungsi yang menyeberangi Laut Aegean dikirim secara ilegal ke Turki. Tetapi Ankara mengatakan, dana dari Eropa lambat terwujud dan terhitung remeh dibandingkan 40 miliar dolar AS yang telah dihabiskan negara itu untuk menangani pengungsi.
Pejabat Turki dan Rusia mengadakan pembicaraan putaran ketiga di Ankara pada Kamis. Dua putaran sebelumnya tidak menghasilkan kesepakatan gencatan senjata.
Sebelumnya pada Kamis, stasiun televisi pemerintah Rusia mengatakan ahli militer Turki menggunakan rudal yang ditembakkan untuk mencoba menembak jatuh pesawat militer Rusia dan Suriah di atas Idlib.
Di Washington, Pentagon mengatakan Menteri Pertahanan AS Mark Esper berbicara dengan mitranya dari Turki pada Kamis guna membahas Idlib dan Libya.
"Seperti yang dikatakan Presiden Trump pada Selasa, dan sebagaimana dibahas dalam seruan hari ini, kami sedang menjajaki cara-cara Amerika Serikat dapat bekerjasama dengan Turki dan komunitas internasional," demikian keterangan Pentagon mengenai pembicaraan tersebut.
Sumber: Reuters
Baca juga: Sekjen PBB minta pertempuran di Idlib Suriah dihentikan
Baca juga: Prancis, Jerman serukan solusi politik dalam krisis Idlib
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020