Trump menegaskan jumlah kasus COVID-19 di AS "secara substansial turun, bukan naik."
Dia mengatakan dari 15 orang yang positif terjangkit virus itu, hanya satu yang mengalami sakit berat, dan "lainnya dalam kondisi yang baik."
"(Jumlah) 15 itu, dalam beberapa hari, akan turun mendekati nol. Itu pekerjaan sangat bagus yang telah kami lakukan," kata Trump.
Trump juga mengatakan negaranya sedang bekerja "secara cepat mengembangkan vaksin" untuk COVID-19 dan "akan memiliki suntikan flu untuk (penyakit) itu" dalam waktu tidak lama lagi.
Benarkah jumlah kasus COVID-19 di AS menurun?
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS memperbarui data setiap Senin, Rabu dan Jumat. Hingga 26 Februari 2020, CDC mencatat ada 15 kasus positif COVID-19 di negara itu.
Angka itu tidak termasuk 45 warga negara AS yang positif terjangkit dan dipulangkan dari Wuhan, China (3) dan kapal pesiar Diamond Princess (42).
Pernyataan Trump bahwa jumlah kasus COVID-19 di AS terus menurun mendekati angka nol berpotensi menyesatkan.
Faktanya, data jumlah kasus dihitung secara kumulatif dan banyaknya pasien yang sembuh tidak mengurangi angka totalnya.
Sejumlah pejabat kesehatan AS juga telah mengatakan beberapa hari sebelumnya, termasuk pada hari yang sama saat Trump menggelar jumpa pers, bahwa kemungkinan jumlah kasus akan bertambah.
"...kami menduga akan ada lebih banyak kasus, dan inilah saat yang tepat untuk bersiap-siap," kata Wakil Direktur Utama CDC Anne Schuchat
sebelum Trump menyebut jumlah kasus yang menurun.
Sehari sebelumnya, Direktur Pusat Nasional Imunisasi dan Penyakit Pernafasan AS Nancy Messonnier juga mengatakan pihaknya telah mengantisipasi kemungkinan tersebarnya virus corona di perbatasan.
"Pertanyaannya bukan apakah (kasus) ini akan terjadi lagi," kata Nancy, "tapi kapan hal ini akan terjadi dan seberapa banyak orang di negara ini akan terjangkit penyakit itu."
Kurang dari satu jam setelah jumpa pers tersebut, CDC mengumumkan bahwa kasus ke-15 adalah pasien pertama yang tertular di dalam wilayah AS.
Pasien tersebut tidak pernah bepergian ke tempat-tempat yang dilanda wabah COVID-19 atau melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi virus.
Dapatkah vaksin siap dalam waktu dekat?
Pernyataan Trump soal pengembangan vaksin bisa diartikan vaksin tersebut akan tersedia dalam waktu dekat.
Faktanya, menurut Direktur Institut Nasional Penyakit Menular dan Alergi (NIAID) Anthony Fauci diperlukan waktu satu hingga satu setengah tahun untuk mengembangkan sebuah vaksin.
"Kita tidak bisa bergantung pada vaksin dalam beberapa bulan mendatang hingga setahun ke depan," kata Fauci dalam jumpa pers tersebut.
Sebelumnya, Wall Street Journal (WSJ) mengabarkan sebuah perusahaan farmasi telah mengirim sebuah kandidat vaksin ke NIAID untuk pengujian. Hasilnya diharapkan muncul dalam dua bulan.
"Institut berharap, pada akhir April, uji klinis dapat dilakukan terhadap 20-25 sukarelawan sehat untuk menguji apakah dua dosis suntikan aman dan memicu kekebalan terhadap infeksi," kata Fauci dalam wawancara dengan WSJ (24/2). "Hasil awal dapat diketahui pada Juli atau Agustus."
Pada jumpa pers hari berikutnya, Fauci mengatakan purwarupa vaksin akan menjalani proses perizinan dan dapat diujicobakan pada manusia dalam satu hingga satu setengah bulan, jika tak ada hambatan.
Tetapi "pengujian fase satu" hanyalah langkah pertama dalam proses, yang meskipun dijalankan dengan sangat cepat, memerlukan waktu satu hingga satu setengah tahun untuk memperoleh hasilnya.
Sumber: FactCheck.org
Klaim: Donald Trump sebut AS telah minimalkan risiko corona dan kembangkan vaksin secara cepat.
Rating: Salah/Misinformasi
Baca juga: AS akan mulai uji virus corona di lima negara bagian
Baca juga: United Airlines hentikan penerbangan AS-China sehari lebih cepat
Baca juga: China minta AS jangan berlebihan menyikapi virus corona
Pewarta: Tim JACX
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2020