Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek)/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong tumbuh kembang semangat berinovasi di Indonesia dari segenap kalangan baik perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, maupun swasta untuk menghasilkan produk inovasi yang menjawab langsung kebutuhan masyarakat dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat.Bagaimana caranya agar keahlian teknologi dan kemampuan inovasi kita miliki untuk menjawab permasalahan yang ada di sekitar kita,
"Satu semangatnya adalah bagaimana mendorong semangat berinovasi di Indonesia terutama setelah dibentuknya Kementerian Riset dan Teknologi dengan badan yang relatif baru yaitu Badan Riset dan Inovasi Nasional," kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro dalam kunjungan kerja ke Aceh, Jumat.
Dalam kunjungan kerja itu, Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro menerima rumusan hasil Rapat Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) 2020 dan meresmikan Unit Distilasi Molekuler dan Fraksinasi Atsiri Research Center Pusat Unggulan Iptek Nilam Aceh Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh.
Bambang juga mengunjungi Nilam Innovation Park (Nino Park) di Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi Nilam Aceh Universitas Syiah Kuala yang di dalamnya terdapat green house untuk rumah pembibitan tanaman nilam yang menjadi sumber minyak nilam yang merupakan komoditas ekspor.
Baca juga: Alat fraksinasi minyak nilam diresmikan Menristek di Aceh
Menurut dia, untuk menjadi negara maju maka inovasi ada kuncinya. Jika inovasi yang dihasilkan harus langsung menjawab kebutuhan masyarakat dan permasalahan ekonomi bangsa, maka akan memberikan manfaat yang luar biasa bagi masyarakat.
Beragam teknologi tepat guna harus menjadi sasaran kegiatan penelitian dan pengembangan sehingga meningkatkan produktivitas pertanian dan kegiatan usaha masyarakat.
Menristek Bambang menambahkan ke depan jalan pengembangan inovasi akan fokus pada inovasi antara lain yang merupakan kebutuhan masyarakat atau yang biasa disebut sebagai teknologi tepat guna; yang menciptakan nilai tambah dan hilirisasi riset; dan yang meningkatkan penggunaan tingkat komponen dalam negeri.
Dengan lahirnya beragam inovasi dan gencarnya hilirisasi riset, maka bisa mengurangi ketergantungan terhadap impor.
Baca juga: Menristek: Litbang harus jadi kebutuhan swasta
Penguatan triple helix antara peneliti atau akademisi, pemerintah dan swasta juga menjadi bagian penting untuk menumbuhkembangkan ekosistem kondusif bagi peningkatan daya saing inovasi Indonesia.
"Bagaimana caranya agar keahlian teknologi dan kemampuan inovasi kita miliki untuk menjawab permasalahan yang ada di sekitar kita. Inilah yang benar-benar akan kami prioritaskan di dalam pengembangan riset dan inovasi ke depan," tambahnya.
Menristek Bambang juga mengatakan harus mampu beradaptasi dengan lompatan teknologi yang cepat dan juga menguasai teknologi yang berkembang di revolusi industri 4.0.
Transfer teknologi dan "reverse engineering" ke depan sebagaimana yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi juga diharapkan tidak hanya bisa menguasai teknologi yang barangkali saat ini dianggap asing tapi harus mampu menciptakan nilai tambah dari inovasi yang sudah ada.
"Nilai tambahnya adalah inovasi yang kita harapkan bisa menyertai proses alih teknologi atau "reverse engineering" tersebut," ujarnya.
Baca juga: Menristek: Indonesia harus jadi tuan rumah produksi obat dalam negeri
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2020