“Sekarang banyak yang tidak peduli dengan lingkungan, salah satu penyebab banyak bencana adalah ulah manusia,” kata Ariy sebelum peragaan busana di Jakarta, Jumat (28/2) malam.
Ia mengekspresikan kegelisahan dan ketidakberaturan itu dalam karya bertajuk “Kemelut” untuk label Abee.
Koleksi “Kemelut” ditampilkan Fashion Rhapsody: Harmoni Bumi di The Tribrata, Jakarta, di mana Ariy merupakan salah satu penggagas acara bertema peduli lingkungan.
Landas peraga terlihat lebih asri dengan hiasan ragam tanaman di pinggir dan tengah.
Para model yang mewakili "kemelut" lewat baju mereka berjalan dengan intensitas tinggi. Saat berjalan, tangan mereka menggapai tanaman yang dilewati, mencabut dan menghancurkannya. Sama seperti bencana alam dan musibah yang mengobrak-abrik bumi.
Baca juga: Perancang busana Indonesia semarakkan "Takashimaya Art"
Baca juga: Satu dekade berkarya, Ria Miranda buat pameran "10 Langkah"
Bermotif abstrak
Carut marut perasaan Ariy diekspresikan lewat aplikasi bordir bermotif abstrak dan geometris dari sisa bahan yang dibubuhkan secara acak dan semrawut. Titik-titik putih serupa bentuk virus dilihat dari mikroskop hingga gelombang yang mewakili banjir.
Semuanya ia buat dari limbah produksi-produksinya yang terdahulu. Sisa-sisa bahan itu disulap hingga menjadi detil cantik untuk koleksi "Kemelut".
Aplikasi itu terdapat di bagian punggung, dada dan lengan baju. Meski acak, detil-detil itu terlihat manis dan enak dipandang.
Warna-warnanya yang dipilih mencerminkan situasi tak karuan. Warna gelap dan kelam seperti merah marun biru pekat dan hijau botol. Tapi Ariy memadukannya dengan warna ringan seperti coklat muda, krem dan putih sehingga lebih seimbang.
Baca juga: Larang orang gemuk hadiri acara mode, kritikus Malaysia dikecam
Baca juga: Jurus perancang busana muslim bersaing dengan merek global
48 set baju
Gambaran ide “Kemelut” diperkuat dengan menambahkan motif printing hasil produksi sendiri.
Ariy pun menambahkan motif bordir unggas, ciri khas label abee. Ayam jago hingga burung kakaktua menghiasi koleksi “Kemelut”. Motif itu bisa ditemui di bagian tas, berpadu harmonis dengan bordir abstrak lainnya.
Pemilihan bahan juga tak luput dari tema yang diangkat. Kegalauan Ariy dituangkan lewat padanan tekstur dan ketebalan bahan yang berbeda-beda. Denim, organdi, tulle, beludru, rajutan dan twill dikawinkan dalam satu tampilan.
Ariy mempersembahkan 48 set baju, sebagian besar busana pria yang jadi fokus utama, sisanya adalah 12 set busana perempuan.
Baca juga: Perancang Korea hadirkan modest wear untuk Indonesia
Baca juga: Mau rintis usaha, apakah bisnis busana muslim masih potensial?
Street style
Siluet lurus dan longgar dengan gaya street style hadir di sini.
Ariy menerjemahkannya dalam bentuk terusan, blus longgar dengan padanan rok berkantong besar, blus dengan celana gombrong, jaket parka, jaket bomber bergaya androgini. Rompi penuh warna dan motif berpadu blus putih dengan kantong-kantong besar dan celana serupa.
Ariy melengkapi tampilan “Kemelut” dengan tas beragam ukuran dari sisa bahan seperti karung plastik, denim, twill hingga terpal.
Ini pertama kalinya Ariy mengeluarkan produk berupa tas.
Meski dibuat dari limbah, ada nilai tambah berkat sentuhan detil, seperti beludru yang menghiasi kain terpal.
"Harapan saya ingin brand ini lengkap, (produk) dari atas sampai bawah, from head to toe."
Penampilan koleksi “Kemelut” adalah peragaan tunggal perdana abee sekaligus penanda sewindu kehadiran abee di industri mode Indonesia.
Baca juga: Wignyo Rahadi ramu tenun Sultra jadi busana muslim elegan di MUFFEST
Baca juga: Oase padang pasir di peragaan busana Muslim Fashion Festival 2020
Baca juga: Tampilan pemberontak yang lembut menurut Victoria Beckham
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020