Dilansir Reuters, mereka mengatakan minyak dari serangga lebih berkelanjutan dibandingkan produk susu.
Dibalut celemek putih, para peneliti mencelupkan larva lalat tentara hitam dalam semangkuk air, memasukkannya ke blender yang menghasilkan lendir halus abu-abu lalu menggunakan "centrifuge" untuk memisahkan mentega serangga.
"Ada beberapa hal positif dari memanfaatkan serangga jadi bahan baku," kata Daylan Tzompa Sosa yang mengawasi penelitian.
Baca juga: Susu kecoa menjadi "superfood" yang menjanjikan
Baca juga: ANTARA Doeloe: Dulu ada demonstrasi memerah susu kambing
"Mereka lebih berkelanjutan karena (serangga) menggunakan lebih sedikit lahan (dibandingkan sapi), mereka lebih efisien dalam mengubah pangan... dan mereka juga menggunakan lebih sedikit air untuk menghasilkan mentega," ujar Tzompa Sosa saat menyodorkan kue dari mentega serangga.
Menurut peneliti, konsumen tidak menyadari ada perbedaan ketika seperempat mentega dari susu dalam kue diganti dengan lemak larva.
Kendati demikian, mereka melaporkan ada rasa yang berubah saat perbandingan diganti menjadi 50:50 dan konsumen tidak mau membeli kue itu.
Makanan dari serangga kaya vitamin, protein, serat dan mineral. Ilmuwan di Eropa menganggap serangga sebagai alternatif produk hewani yang murah dan ramah lingkungan.
Baca juga: Suka ngemil kue, Rianti Cartwright jadi duta biskuit
Baca juga: Koki Thailand ubah serangga menjadi santapan lezat
Baca juga: Semut dan jangkrik, camilan sehat serupa rasa keripik kentang
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020