Dalam kesempatan tersebut Deputi 3 BRG memanen padi hitam bersama petani yang sebelumnya mendapatkan pelatihan pertanian melalui sekolah lapangan program desa peduli gambut.
Myrna A Savitri mengatakan lahan gambut yang terdapat di Kabupaten Banyuasin dan sejumlah daerah Sumsel lainnya cukup luas.
Selama ini lahan gambut belum dikelola secara maksimal untuk kesejahteraan masyarakat, bahkan pada musim kemarau menimbulkan masalah kebakaran lahan yang asapnya dapat mengganggu berbagai aktivitas dan kesehatan masyarakat.
Baca juga: Kalteng panen padi perdana di lahan rawa gambut
Baca juga: Kalteng tanam padi di lahan gambut
Keberhasilan petani membuat demplot pengelolaan lahan tanpa bakar di Desa Air Gading Banyuasin itu bisa dikembangkan pada lahan gambut yang lebih luas di kabupaten tersebut dan daerah lainnya, katanya.
Untuk mengembangkan pengelolaan lahan tanpa bakar itu, BRG terus berupaya memfasilitasi petani dan masyarakat yang berada di sekitar kawasan lahan gambut dengan pelatihan pertanian melalui program desa peduli gambut.
Selain berhasil membuat demplot padi hitam, Badan Restorasi Gambut dalam beberapa tahun terakhir berhasil memfasilitasi pemulihan atau restorasi lahan gambut di Banyuasin dengan perkebunan kopi.
Perkebunan kopi liberika di Desa Air Gading Banyuasin tumbuh berkembang dengan baik bahkan hasil panennya menjadi produk unggulan dan dipasarkan ke luar wilayah Sumsel.
Kopi liberika adalah jenis kopi yang bisa dikembangkan di dataran rendah dan kawasan gambut. "Produk kopi liberika Desa Air Gading telah dipasarkan melalui kerja sama dengan BUMDes setempat. Untuk memperluas pemasarannya, BRG akan membantu pengolahan dan pengemasan yang lebih baik," ujar Deputi 3 BRG.*
Baca juga: ARTIKEL - Memanen padi tanpa asap di gambut Lamandau
Baca juga: El Nino diprediksi turunkan produksi padi
Pewarta: Yudi Abdullah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020