"Ini adalah salah satu seminar yang bagus. Kegiatan ini dihadiri para pemuda dari berbagai negara di kawasan Asia Tenggara. Mereka ini berpotensi menjadi pemimpin masa depan di negaranya masing-masing sehingga sepatutnya para diplomat muda kita datang dan 'mingle' (menyatu) dengan mereka," katanya kepada ANTARA.
Signifikansi seminar yang diselenggarakan Rabithah Alam Islami (Liga Dunia Islam) bersama Universitas Al Azhar dan Institut Pemimpin Pemuda Al Azhar (AYLI) ini juga diperkuat oleh kehadiran sekretaris jenderal organisasi ini, Dr.Mohammad Abdul Karim Al-Issa, katanya saat ditemui di sela-sela acara yang berlangsung di sebuah hotel berbintang itu.
Bahkan, Sekjen Rabithah Alam Islami itu pun sempat bertemu dengan Presiden Joko Widodo dan unsur pimpinan DPR RI menjelang penyelenggaraan seminar yang diikuti para pemuda lintas agama dan kepercayaan dari berbagai negara anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) ini, kata mantan Duta Besar RI untuk Afrika Selatan ini.
"Jadi seharusnya para diplomat muda Kementerian Luar Negeri RI ikut hadir dan mendengarkan ide-ide segar para pemuda Asia Tenggara tentang bagaimana membangun dan menjaga toleransi dan perdamaian di kawasan," kata mantan diplomat senior lulusan Universitas Johns Hopkins dan Universidad de Buenos Aires ini.
Sementara itu, berkaitan dengan seminar bertema "peran pemuda dalam mempresentasikan sikap toleransi dalam Islam dan menyebarkan perdamaian" ini, Wakil Pemuda Malaysia, Mohammad Daniel bin Mohammad Ismail, menggarisbawahi pentingnya peran negara dalam memberdayakan para pemudanya.
Daniel mengatakan pemuda merupakan masa depan negara dan bangsa sehingga sudah seharusnya mereka dididik dan diberdayakan dengan baik. Dalam konteks ini, pemerintah merupakan pihak yang paling bertanggungjawab terhadap pelaksanaan program pemberdayaan yang tepat dan berkelanjutan bagi para pemuda itu.
Dengan demikian, akan lahir lapisan generasi muda yang berfikiran terbuka dan dapat menerima pendapat terbaik yang datang dari siapa pun dalam upaya bersama mencari solusi terbaik atas masalah-masalah dalam negeri maupun regional, kata wakil presiden Masyarakat Pemikir Malaysia ini.
Selain Mohammad Daniel, seminar yang diselenggarakan Rabithah Alam Islami bersama Universitas Al Azhar Jakarta dan Institut Pemimpin Pemuda Al Azhar (AYLI) ini juga menghadirkan sejumlah pembicara lain yang mewakili kalangan pemuda dari negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara lainnya.
Di antara para pembicara itu adalah Korneles Galanjinjinay (GMKI), I Gede Ariawan (Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia), Supriyonoto Wijaya (Generasi Muda Buddhis Indonesia), dan David Krisna Alka (Pemuda Muhammadiyah).
Seterusnya Abang Hadzmin Abang Taha (Brunei), Wilem Wandik (Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia), Agus Mulyono Herlambang (PMII), Khairul Anwar (Singapura), Sos Solihen (Kamboja), Amer A.Ibrahim (Filipina), Juventus Prima Yoris Kago (PMKRI), Idad Nursyamsi (Ketua AYLI), dan Areefa Yakok (Thailand).
Sariat Arifia, pengurus Institut Pemimpin Pemuda Al Azhar (AYLI) yang menjadi salah seorang penanggungjawab seminar ini, mengatakan kegiatan ini merupakan bagian dari upaya ALYI mendorong peran para pemuda Indonesia dan sejawat-sejawat mereka dari negara-negara anggota ASEAN dalam ikut merawat perdamaian di kawasan.
"Kita sudah 11 tahun menempa para calon pemimpin dari lingkungan pemuda melalui pendekatan inklusif dan intelek. Alhamdulillah seminar ini bisa terselenggara dengan persiapan 20 hari," katanya saat ditemui di sela acara yang sesi pembukaannya turut dimeriahkan dengan atraksi pencak silat dari beberapa siswa Al Azhar Jakarta ini.
Baca juga: Pemerintah Indonesia dorong pemuda ASEAN pupuk toleransi
Baca juga: 400 pemuda-pemudi Indonesia ikuti kemah lintas agama
Pewarta: Rahmad Nasution
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020