• Beranda
  • Berita
  • Psikolog: Penyebaran identitas pasien corona bisa membuat trauma

Psikolog: Penyebaran identitas pasien corona bisa membuat trauma

3 Maret 2020 16:19 WIB
Psikolog: Penyebaran identitas pasien corona bisa membuat trauma
Petugas memeriksa ruangan isolasi yang digunakan untuk perawatan pasien yang terkena virus MERS-CoV di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta, Jumat (26/6/2015). Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan melakukan pencegahan penyebaran virus MERS-CoV di Indonesia dengan menyiapkan fasilitas perawatan khusus di beberapa rumah sakit dan alat pendeteksi suhu panas tubuh di 13 bandara internasional di Indonesia. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/ed/aww/aa.
Sejak diumumkan ada orang Indonesia yang terserang virus corona, sebagian masyarakat langsung mencari tahu identitas pasien.

Padahal hal tersebut bisa mendatangkan dampak psikologis bagi si penderita.

Psikolog Intan Erlita menjelaskan seseorang yang sedang sakit secara otomatis akan mempengaruhi sisi psikologis, apalagi penyakit yang dideritanya merupakan wabah yang sedang terjadi di dunia.

"Harusnya tidak perlu di-blow up dan di share yang akhirnya jadi berita yang tidak bertanggung jawab. Ini malah akan menimbulkan efek psikologis bagi si penderita," kata Intan saat dihubungi Antara, Selasa.

"Karena gini, dia menderita corona aja dia udah punya ketakutan, secara psikis dia udah takut. Terus dia juga masih harus bertarung ini akan sembuh apa tidak," lanjut Intan.

Baca juga: Tips supaya anak tak stres usai mendapat informasi COVID-19

Baca juga: Corona bikin batal ke luar negeri? Coba wisata alternatif dalam negeri


Tak hanya mencari tahu soal identitas, alamat rumah dan kehidupan sehari-hari pasien, warganet juga menyebarkan foto keluarga dari yang bersangkutan. Akhirnya komentar-komentar negatif pun tidak bisa dihindari.

"Terus dia juga harus mendapati komentar-komentar yang agak nyinyir, sedangkan logikanya enggak ada yang mau punya penyakit itu," ujar Intan.

Mantan model dan pembawa acara televisi ini melanjutkan, "Saya khawatir dia akan trauma, karena di sini dia kan korban/pasien bukan terdakwa jadi ini akan memberikan efek."

Menurut Intan, tindakan pasien untuk memeriksakan diri ke dokter adalah hal yang harus diacungi jempol. Sebab, pasien memiliki kesadaran yang tinggi akan kesehatan tubuhnya.

"Ini yang saya dapat enggak tahu hoax apa enggak dari pasien dan ibunya, saya baca miris juga dia menyatakan bahwa dia yang datang ke dokter, dia bilang ke dokter bahwa dia bareng dengan orang yang positif corona, artinya dia sendiri punya kesadaran penuh biar enggak nularin ke orang lain. Buat saya itu udah perlu diacungin jempol loh," kata Intan.

Baca juga: Yuk cuci tangan untuk hindari risiko virus corona

Baca juga: Tahu informasi corona justru bikin cemas? Coba lakukan ini

Baca juga: Tips cegah paparan virus di kendaraan umum

Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020