• Beranda
  • Berita
  • Pasien dalam pengawasan di RSUP Persahabatan tidak ada riwayat kontak

Pasien dalam pengawasan di RSUP Persahabatan tidak ada riwayat kontak

5 Maret 2020 13:15 WIB
Pasien dalam pengawasan di RSUP Persahabatan tidak ada riwayat kontak
Papan rambu pemberitahuan terpasang di depan ruang isolasi Pinere di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta Timur, Kamis (5/3/2020). Ruang tersebut diperuntukan bagi isolasi Pasien Dalam Pengawasan Corona. (ANTARA/Andi Firdaus).

Sesuai dengan prosedur penanganan pasien dalam pengawasan maka pasien bersangkutan harus diisolasi di ruang perawatan berstandar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

Sebanyak sepuluh Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Corona (Covid-19) yang kini menjalani isolasi di ruang perawatan Pinere Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Jakarta Timur, tidak memiliki riwayat kontak langsung dengan penderita.

"Mereka ditetapkan statusnya sebagai PDP sebab memiliki riwayat perjalanan ke sejumlah negara terjangkit corona, tidak ada yang kontak langsung dengan penderita," kata Dirut RSUP Persahabatan Rita Rogayah dalam konferensi pers di Gedung Asma RSUP Persahabatan, Pulogadung, Kamis siang.

Sesuai dengan prosedur penanganan PDP, kata Rita, maka pasien bersangkutan harus diisolasi di ruang perawatan berstandar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Baca juga: Polres Jakarta Utara gerebek timbunan 60 ribu masker

Baca juga: Mahasiswi timbun persediaan masker untuk bantu biaya kuliah

Baca juga: DKI berkoordinasi dengan Polda Metro terkait penyelenggaraan keramaian


RSUP Persahabatan saat ini memiliki ruang isolasi bertekanan negatif di ruang Pinere yang diklaim sanggup mengisolasi penyebaran virus Corona sesuai standar dunia.

Area tersebut tertutup dari aktivitas umum, bahkan pasien hanya diperbolehkan berkomunikasi melalui alat yang disediakan khusus oleh rumah sakit.

"Ada ruangan komunikasi khusus yang kami sediakan kalau ada permintaan dari pasien ataupun keluarga," katanya.

Dikatakan Rita PDP dirawat sesuai dengan kondisi dan keadaannya, apakah berkriteria gejala atau sudah berat.

"Penatalaksanaan seperti pasien di ruang biasa. Kami memperlakukan seperti pasien pada umumnya. Misalnya ISPA, maka akan dilakukan sesuai penatalaksanaan yang berlaku. (Corona) ini penyakit baru, kami harus ada penanganan khusus," katanya.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2020