"(Dai) kalau berceramah jangan menimbulkan ketegangan dan nakut-nakuti. TV itu yang nonton banyak lho. Bukan hanya orang yang standarnya otak dan pengalamannya sama. Jadi kadang kala kalau menakut-nakuti itu menimbulkan ketegangan," kata Mahfud saat menjadi pembicara pada acara Standarisasi Kompetensi Dai, di Gedung MUI, Jakarta Pusat, Kamis.
Baca juga: Dua warga Depok positif Corona, Mahfud ingatkan masyarakat tidak panik
Kendati demikian, Mahfud menyarankan para dai agar berceramah dengan mendidik dan dapat disertai dengan humor.
"Humor boleh, asal mendidik dan tidak jorok," ucapnya.
Menurut dia, penceramah yang ceramahnya berisi tentang ketakutan akan membuat pendengarnya menjadi terpengaruh, khususnya pendengar yang pemahamannya rendah tentang agama.
Baca juga: Atasi virus Corona, Mahfud tegaskan pemerintah siap dan mampu
"Itulah yang kemudian menimbulkan ekstremisme, radikalisme, ditakut-takuti tanpa dasar yang kuat," ujar Mahfud.
Ia mencontohkan kasus mewabahnya virus Corona atau Covid-19 di sejumlah negara, termasuk Indonesia menimbulkan ketakutan bagi masyarakat. Namun, pemerintah menyerukan virus Corona jangan menimbulkan ketegangan.
Baca juga: BNPT minta para Dai muda ikut berperan berikan pesan perdamaian
"Coba (para dai) dibuat tenang masyarakat, sehingga tidak terjadi 'rush'. Pemerintah mengharapkan bahwa Corona itu diumumkan itu terbuka, iya, tetapi jangan nakut-nakuti," katanya.
Mahfud menyebutkan, dari 90 ribu orang yang terkena virus Corona yang meninggal sekitar tiga ribu orang.
Baca juga: Forum dakwah kirim puluhan dai ke daerah perbatasan Aceh
"Ini kecil. Lebih banyak orang meninggal karena flu biasa. Lebih banyak lagi karena panik. Oleh sebab itu jangan membuat orang panik. Orang yang tahu kalau Corona itu tidak berbahaya, ditakut-takuti, awas harus pakai masker. Masker ditimbun lalu dijual kepada orang yang takut. Harganya yang biasanya Rp15 ribu menjadi Rp100 ribu, Rp300 ribu," katanya.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2020