“Kami mengajak teman-teman terutama kaum muda milenial yang aktif di media sosial agar kita sama-sama menghindari munculnya provokasi terkait konflik perang tanding di Adonara ini,” kata Ketua IMW-Kupang, Kornelis Kia Sabon, kepada wartawan di Kupang, Jumat.
Dia mengatakan, para mahasiswa yang terhimpun dalam IMW yang semuanya berasal dari Kecamatan Witihama, wilayah terjadinya konflik, merasa prihatin dan berduka cita terhadap korban yang tewas.
Secara internal organisasi, lanjut dia, pihaknya juga telah mengumpulkan para mahasiswa di Kota Kupang untuk membicarakan persoalan tersebut dan menyatakan komitmen untuk tidak melakukan hal-hal yang memperuncing situasi.
Menurut dia, dalam kondisi seperti ini berbagai informasi berbau provokatif bisa saja dimunculkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab yang bisa memperkeruh suasana.
“Karena itu kami mengajak para pegiat media sosial terutama kalangan muda dari Adonara di berbagai daerah agar kita sama-sama menghindari hal-hal seperti itu apalagi melakukannya,” katanya.
“Foto-foto atau pun video mengenai kejadian itu agar tidak disebarluaskan melalui media sosial karena bisa membias kemana-mana,” katanya.
Kornelis menambahkan, pihaknya meminta agar pemerintah berperan aktif serta membangun koordinasi secara intens hingga ke tingkat bawah serta bersama aparat keamanan setempat agar bisa merendahkan konflik perang tanding ini.
Konflik perang tanding antarwarga dua suku di Desa Sandosi pecah pada Kamis (5/3) pagi di wilayah perkebunan Wulen Wata dan menewaskan sebanyak enam orang.
Korban tewas di antaranya dari Suku Kewaelaga masing-masing berinisial MKK (80), YMS (70), YOT (56), dan SR (68), sedang dari Suku Lamatokan adalah YH (70) dan WK (80).
Baca juga: Redam konflik antarsuku, ratusan personel BKO dikirim ke Adonara
Baca juga: Pemerintah minta masyarakat tak terprovokasi perang tanding di Adonara
Baca juga: Konflik antarwarga memperebutkan lahan pecah di Pulau Adonara NTT
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2020