Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ingin provinsi yang dipimpinnya itu memiliki laboratorium yang bisa mendeteksi virus corona jenis baru maupun penyakit lainnya sehingga hasil ujinya dapat segera diketahui.Makanya tadi saya minta, 'nek nggawe dhewe ki piro tho? (kalau bikin sendiri ini berapa biayanya)'. Kemudian saya tanya, sampai Rp50 miliar enggak kira-kira, kalau enggak 'tak nggawe taun ngarep (saya bikin tahun depan)
"Ya ini saya juga 'radha gemes-gemes piye (agak gemas-gemas bagaimana)' begitu lho, karena semua itu menjadi lama prosesnya dikirim ke Jakarta," katanya saat mengecek kesiapan ruang isolasi di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo (RSMS) Purwokerto, Kabupaten Banyumas, dalam menangani pasien yang diduga terinfeksi virus itu di Banyumas, Jumat.
Ganjar mengatakan hal itu terkait dengan uji laboratorium terhadap sampel swab dari pasien terduga terinfeksi virus corona yang hanya dilakukan oleh laboratorium milik Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan di Jakarta sehingga membutuhkan waktu cukup lama.
"Makanya tadi saya minta, 'nek nggawe dhewe ki piro tho? (kalau bikin sendiri ini berapa biayanya)'. Kemudian saya tanya, sampai Rp50 miliar enggak kira-kira, kalau enggak 'tak nggawe taun ngarep (saya bikin tahun depan)'," katanya.
Dia menjelaskan hal itu akan dilakukan agar di Jawa Tengah mampu menangani pasien virus corona sehingga jika terjadi sesuatu, uji laboratoriumnya bisa ditangani sendiri.
"Kalau SDM-nya (Sumber Daya Manusia) banyak, cukup, 'turah to, kan kur tuku alat to (sisa, kan cuma beli alat)', Insyaallah kecillah," tegasnya.
Baca juga: Ganjar cek kesiapan RSMS Purwokerto tangani COVID-19
Ia mengatakan laboratorium tersebut tidak harus di Semarang, karena di Banyumas pun tidak masalah.
"Sebenarnya yang penting di Jawa Tengah, yang jarak-jarak untuk mereka mengecek itu bisa jauh lebih cepat," katanya.
Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto membeberkan alasan penggunaan hanya satu laboratorium Balitbangkes Kemenkes untuk mendeteksi virus corona.
Terawan mengatakan banyak pihak mempertanyakan kebijakan atas penggunaan satu laboratorium saja untuk mendeteksi penyebaran virus corona di Indonesia, yang hingga saat ini telah menyebabkan 2.858 orang meninggal dunia tersebut.
"Pasti banyak yang mempertanyakan kebijakan saya, kenapa hanya satu laboratorium yang saya pakai. Kuncinya satu, tidak boleh ada laboratorium yang dipengaruhi oleh kepentingan," katanya di Kota Malang, Jawa Timur, Jumat (28/2).
Selain tidak dipengaruhi kepentingan manapun, laboratorium yang dipergunakan untuk mendeteksi virus corona tersebut juga harus memiliki kemampuan Biosafety Level-3 (BSL-3) dan terakreditasi oleh Badan PBB untuk Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO).
Hasil yang telah diteliti oleh laboratorium tersebut, tegas Terawan, harus disampaikan secara jujur, tanpa ada intervensi kepentingan dari pihak manapun. Ia menjamin hasil yang sudah diteliti selama ini, merupakan hasil yang benar.
"Laboratorium harus penuh kejujuran, dan apa adanya, dan bisa dicek. Selain itu, harus memiliki kemampuan BSL-3 dan terakreditasi WHO," tambahnya.
Baca juga: Gubernur Jateng melobi perusahaan masker agar tingkatkan produksi
Baca juga: Ganjar: Pemprov Jateng kaji dampak virus corona terhadap perekonomian
Pewarta: Sumarwoto
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020