DPR Desak Lakukan Politik Diplomasi Iklim

3 Maret 2009 23:39 WIB
Jakarta (ANTARA News) - Ketua DPR RI, HR Agung Laksono, di Jakarta, Selasa, menyatakan, pihaknya mendesak Pemerintah menggunakan kesempatan `World Ocean Conference` di Manado, Mei 2009, untuk melakukan `politik diplomasi iklim` guna menyelamatkan kehidupan 11 juta nelayan dan ekologis wilayah-wilayah pantai Indonesia.

Ia menegaskan itu, saat menyampaikan Pidato Penutupan Masa Sidang III tahun 2008/2009, di Gedung Nusantara, Senayan, Jakarta.

"Ini adalah kesempatan besar bagi kita untuk berdiplomasi menyelamatkan wilayah Indonesia dari berbagai dampak perubahan iklim," tandas Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar ini.

Agung Laksono lanjut menyatakan, perubahan iklim kini menjadi perhatian masyarakat dunia. "Apalagi terakhir ada badai tropis `Charlote` yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia yang berdampak pada munculnya cuaca buruk yang berpeluang mengganggu pelayaran maupun penerbangan," ungkapnya.

Pengaruh badai itu, menurutnya, juga telah menimbulkan hujan lebat yang berpotensi mendatangkan banjir dan tanah longsor di mana-mana.

"Kita saksikan sendiri, hampir di seluruh wilayah Indonesia dilanda banjir dan tanah longsor. Daerah-daerah pantai diterjang ombak pasang laut yang tinggi, mengakibatkan beberapa wilayah daratan yang rendah terkena banjir pasang laut," ujarnya.

Akibatnya, demikian Agung Laksono, banyak nelayan tidak bisa melaut, juga tak sedikit daerah yang budidaya ikannya rusak. "Bahkan banyak pula lahan sawah yang puso akibat terendam banjir," katanya.

Banjir yang melanda beberapa daerah, seperti Jateng dan Jatim, serta terakhir di Sumatera Utara, menurutnya, tidak hanya mengakibatkan rusaknya tambak-tambak, atau pusonya lahan-lahan pertanian, namun juga berakibat pada meningkatnya penyebaran beberapa penyakit.

"Untuk itu Dewan mengimbau masyarakat untuk mewaspadai berbagai penyakit tersebut dengan bersikap tanggap terhadap kebersihan lingkungan, agar dampak penyebaran berbagai jenis penyakit dapat dicegah," kata Agung Laksono lagi.(*)

Pewarta: imung
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009