• Beranda
  • Berita
  • Tagana dinilai sebagai ujung tombak penanganan bencana

Tagana dinilai sebagai ujung tombak penanganan bencana

8 Maret 2020 20:46 WIB
Tagana dinilai sebagai ujung tombak penanganan bencana
Menteri Sosial Juliari P. Batubara didampingi Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos RI Harry Hikmat memberikan hadiah sepeda kepada 3 Tagana yang berhasil menjawab pertanyaan dengan benar, kegiatan ini sebagai salah satu rangkaian Salam Sapa Menteri Sosial bersama 250 Tagana dari DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat di Jakarta. (Istimewa)

Aset Kementerian Sosial yang paling berharga saat bencana adalah relawan Tagana.

Taruna Siaga Bencana (Tagana) dinilai sebagai ujung tombak dalam upaya penanganan bencana di Tanah Air sehingga keberadaannya patut mendapatkan apresiasi, kata Menteri Sosial Juliari P. Batubara.

“Tagana patut mendapat apresiasi yang tinggi karena pengabdiannya dalam penanganan bencana," katanya saat memimpin rapat evaluasi penanganan bencana di wilayah Jabodetabek yang diikuti 250 relawan Taruna Siaga Bencana (Tagana) Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat, di Jakarta, Minggu.

Ia mengatakan ucapan tersebut sebagai apresiasi yang paling tulus dan penghargaan yang tidak bisa dinilai dengan uang.

Aset Kementerian Sosial, lanjutnya, paling berharga saat kebencanaan adalah relawan Tagana.

Menurut dia, tidak ada yang lebih berharga dari Tagana bagi Kementerian Sosial khususnya pada saat bencana melanda.

"Oleh karena itu, saya mewakili Kementerian Sosial izinkan sekali lagi untuk menyampaikan penghargaan apresiasi yang setinggi-tingginya untuk teman-teman Tagana semua. Karena tanpa Tagana pastinya Menteri Sosial tidak bisa apa-apa pada saat bencana,” katanya.

Sejak menjabat sebagai Mensos, Juliari bisa melihat langsung pengabdian banyak tagana yang semua dalam keadaan yang siaga dan dalam keadaan “in action”.

"Jadi bukan dalam keadaan yang seliweran tanpa koordinasi, bisa kita nilai semua dalam keadaan siaga dan ‘in action’,” kata Ari.

Ari mengatakan bahwa bencana di Indonesia sifatnya permanen jadi tidak mungkin tidak ada bencana.

“Apakah itu banjir, gempa, letusan gunung berapi, kemudian juga bencana alam bencana sosial juga tetap kita harus waspada dan siaga,” katanya.

Oleh karena itu, ungkapnya, sudah sangat pantas apabila kehadiran tagana ini bisa meringankan atau meminimalisasi bertambah beratnya atau bertambah korban pada saat bencana terjadi karena Tagana ini lahir dari “community base disaster management” yang berasal dari masyarakat.

Rapat evaluasi penanganan bencana yang melibatkan 250 Tagana tersebut juga dihadiri oleh Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial Harry Hikmat, Dirjen Pemberdayaan Sosial Pepen Nazarudin, Dirjen Rehabilitasi Sosial Edy Suharto, dan Kepala BP3S Syahabuddin.

Lebih lanjut, Ari menekankan bahwa kedepan bukan hanya jumlah anggota Tagana yang dirawat tapi kualitas ditingkatkan. Jumlah Tagana terutama harus bertambah begitu juga Tagana Madya dan Tagana Pratama.

"Tagana Madya menjadi tagana utama yang semula Pratama menjadi Madya. Inilah penjenjangannya yang harus diperkuat,” kata Politisi PDIP tersebut.

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2020