Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI menyatakan aduan konten negatif yang ditemukan didominasi oleh pornografi yakni dari sebanyak 1.219.904 temuan konten negatif, 1.028.702 temuan merupakan konten pornografi.
“Potret masalah yang sering dihadapi belakangan ini, bukan saja hoaks dunia maya, akan tetapi juga dihujam dengan konten-konten negatif,” kata Kepala Bagian Hukum dan Kerjasama Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Kominfo, Mediodecci Lustarini di Lhokseumawe, Minggu.
Di sela-sela Forum Diskusi bertema "Bijak bermedsos, jaga keutuhan bangsa" ia menjelaskan dalam bulan Januari 2020, Kementerian Kominfo telah menerima 21.305 temuan konten negatif yang beredar di dunia maya, yang didominasi oleh konten perjudian sebesar 14.726 temuan dan konten pornografi 5.948 temuan,”
"Konten negatif seperti ini terus membanjiri jagad maya dan menimbulkan keresahan di dunia nyata," katanya.
Menurut dia, hal tersebut telah menjadi kekhawatiran pemerintah dan perhatian bersama, mengingat besarnya jumlah pengakses informasi melalui internet.
“Sangat disayangkan, besarnya jumlah pengguna internet di Indonesia tidak dibarengi dengan kemampuan masyarakat untuk menyaring informasi, terutama informasi yang diragukan kebenarannya,” katanya.
Ia mengatakan masyarakat seringkali menerima suatu informasi, tanpa verifikasi, bahkan kemudian turut menyebarkan dan membagikan informasi tersebut kepada pengguna lainnya.
Menurut dia, ponsel, medsos, dan internet merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Sebagai masyarakat informasi, merasa beruntung karena keberadaan ponsel atau smartphone telah memberikan kemudahan untuk mencari dan memperoleh informasi.
"Namun kita akui pula, ada bahaya yang mengintai seiring maraknya penyebaran informasi hoaks melalui aplikasi media sosial yang kita miliki. Masyarakat Aceh pun tak luput dari sasaran penyebaran berita hoaks tersebut," katanya.
Ia mencontohkan berdasarkan laporan hoaks yang dikumpulkan oleh Kementerian Kominfo pada tanggal 6 Maret yang lalu, telah beredar tangkapan layar sebuah grup WhatsApp yang menyebutkan bahwa di Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh sudah ada pasien virus corona.
Salah seorang anggota dalam grup Whatsapp itu mengaku bekerja di Rumah Sakit Meuraxa dan menyebutkan pasien tersebut sudah dirujuk ke Rumah Sakit Zainal Abidin, Banda Aceh.
"Faktanya, pihak Rumah Sakit Meuraxa melalui akun Instagram resminya membantah adanya isu tersebut. Kabar adanya pasien virus corona adalah tidak benar atau hoaks. Tim siber Polda Aceh sedang melacak penyebar hoaks terkait adanya pasien virus corona di Banda Aceh," kata Medi.
Riset DailySocial.id yang dilakukan pada tahun 2018 terhadap 2.032 pengguna ponsel pintar di berbagai penjuru Indonesia menunjukkan bahwa 73 persen pengguna ponsel selalu membaca informasi. Sebanyak 51,03 persen responden memilih untuk berdiam diri ketika menemui hoaks dan hannya 53 responden yang memverifikasi keakuratan informasi yang diterima (fact check).
Ia menambahkan dalam memerangi penyebaran berita informasi yang mengandung hoaks, Kementerian Kominfo telah membangun mekanisme pengaduan dan pengawasan terhadap informasi tersebut dalam upaya meluruskan informasi memverifikasi keakuratan informasi yang ada.
"Kami menyadari bahwa melawan hoaks tidak bisa sendirian. Harus ada upaya kolektif/kolaboratif dan masif untuk menanggulangi hoaks dan kami menyambut baik ajakan kerja sama dari pihak manapun untuk bersama-sama memerangi hoaks,"katanya.
Pihaknya juga berharap agar dapat bersama-sama menebar virus positif dan berkomitmen melawan informasi hoaks, serta menjadikan media sosial sebagai alat untuk menyebarkan manfaat dan kebaikan, untuk menjaga keutuhan bangsa.
Baca juga: Foto Tara Basro disebut langgar UU ITE, Kominfo: Bukan "di-take down"
Baca juga: Menkominfo minta masyarakat agar tidak panik soal corona
Baca juga: Sudah cek foto Tara Basro, Menkominfo: tak ada pelanggaran UU ITE
Baca juga: Kominfo ajak ratusan pelajar Bali perangi hoaks corona
Pewarta: M Ifdhal
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2020