• Beranda
  • Berita
  • Menteri PUPR: Pembangunan fasilitas observasi Corona rampung 28 Maret

Menteri PUPR: Pembangunan fasilitas observasi Corona rampung 28 Maret

10 Maret 2020 17:36 WIB
Menteri PUPR: Pembangunan fasilitas observasi Corona rampung 28 Maret
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono saat ditemui di Kantor Kementerian PUPR Jakarta, Selasa (10/3/2020). ANTARA/Mentari Dwi Gayati/pri.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan pembangunan fasilitas observasi dan penampungan untuk penyakit menular, seperti wabah virus Corona (Covid-19) ditargetkan dapat selesai pada 28 Maret mendatang.

Basuki menjelaskan pembangunan fasilitas observasi dan penampungan di Pulau Galang, Batam, Provinsi Kepulauan Riau tersebut, telah dimulai pada pekan ini.

"(Pengerjaannya) sudah dari hari Minggu kemarin, sampai 28 Maret," kata Basuki saat ditemui di Kantor Kementerian PUPR Jakarta, Selasa.

Baca juga: Menteri PUPR: Observasi di Galang rencananya dikelola TNI

Basuki menjelaskan fasilitas kesehatan tersebut memanfaatkan lokasi eks tempat penampungan (kamp pengungsi Vietnam) yang difungsikan sejak tahun 1979 hingga 1996. Nantinya, fasilitas kesehatan ini juga terdapat hunian untuk dokter, paramedik, serta sarana umum seperti dapur dan laundry.

Pada tahap pertama, Kementerian PUPR akan membangun ruang observasi yang dapat menampung 500 tempat tidur. Ruang observasi ini akan berbentuk seperti barak, di mana 1 barak terdiri dari 6-8 tempat tidur.

Selain ruang observasi, terdapat juga ruang isolasi yang dibangun untuk sekitar 50 orang, terdiri dari 30 kamar ICU (Intensive Care Unit) untuk perawatan lebih intensif dan 20 kamar non-ICU dengan peralatan sesuai standar yang berlaku.

Basuki menjelaskan bahwa fasilitas kesehatan untuk penampungan dan observasi ini memang saat ini diutamakan untuk Corona, namun nantinya juga ditujukan untuk penyakit menular lainnya.

Baca juga: Menko PMK: Presiden instruksikan pembenahan Pulau Galang dua minggu

Dari segi lokasi, Basuki menilai bahwa fasilitas kesehatan di Pulau Galang, Batam ini lebih layak karena dapat ditempuh dengan kapal besar dan pesawat besar, serta jauh dari pemukiman. Kondisi ini berbeda dengan pusat perawatan Corona yang terletak di Pulau Sebaru, Kepulauan Seribu, maupun di Natuna, Kepulauan Riau.

"Kalau yang di Pulau Sebaru itu tidak ada air. Kalau ombak besar, kapal tidak bisa merapat, terbatas pengangkutannya. Kalau di Natuna itu dua kali penerbangan, ke Batam dulu baru pindah, tapi kalau di Pulau Galang, hanya satu kali pendaratan di Batam. Dari Batam hanya 45 menit," kata Basuki.

Ia menambahkan bahwa pembangunan fasilitas kesehatan untuk observasi dan penampungan penyakit menular ini telah menyerap sekitar 700 tenaga kerja. Anggaran pembangunan seluruh sarana dan prasarana kesehatan tersebut dilakukan melalui Kerjasama Operasi (KSO) antara PT Wijaya Karya (Persero) dan PT Waskita dengan Konsultan Manajemen Konstruksi PT. Virama Karya.

 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020