"Tuna menjadi sangat spesial sebab sifatnya yang bermigrasi, tidak menetap di wilayah tertentu. Komoditas ini memiliki peluang besar dalam peningkatan ekspor Tuna di Indonesia. Saya percaya, jika kita kawal ini bersama, maka ekspor kita akan meningkat,” jelas Zulficar Mochtar dalam kuliah umum berjudul "Konsep Pengelolaan Menuju Perikanan Tuna yang Maju dan Bertanggungjawab" di Unhas, Makassar, Selasa.
Zulficar Mochtar mengatakan Indonesia merupakan produsen tuna terbesar. Namun, sumber daya ini belum dimanfaatkan secara optimal.
Kondisi itupun yang membuat komoditas ekspor tuna Indonesia masih berada di urutan sembilan.
Baca juga: DFW: Pembenahan dokumentasi kapal bakal lesatkan ekspor tuna
"Letak Indonesia yang sangat strategis yang terletak di antara dua samudra menjadikannya lokasi migrasi bagi tuna. Rata-rata produksi tuna Indonesia selama 14 tahun terakhir (2005-2018) sebesar 567.867 ton. Sejauh ini, total ekspor TCT tahun 2018 sebesar 168.436 ton dengan nilai 714 juta dolar AS. Ekspor tersebut didominasi oleh tuna," kata Zulficar.
Lebih lanjut, Zulficar menjelaskan bahwa dalam pemanfaatan tuna ada kewajiban setiap negara untuk melakukannya dengan kerja sama internasional.
Hal ini sesuai dengan UNCLOS 1982 (pasal 64) dan UNFSA/UNIA 1995 (Pasal 17 ayat 2) yang mana keduanya sudah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Baca juga: KKP diminta bimbing pengusaha penuhi sertifikasi ekspor
Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas, Dr St Aisjah Farhum, MSi menyampaikan terima kasih atas kesediaan narasumber untuk berbagi ilmu dan informasi terbaru mengenai kondisi maritim Indonesia saat ini.
"Kami senang dan bersyukur bisa mendapatkan kesempatan untuk mendengarkan langsung dari sumber pertama mengenai isu kelautan Indonesia. Tentu harapan kita bersama, kegiatan ini bisa menjadi sarana memperbaharui informasi kita tentang bidang keilmuan yang dimiliki,” jelas Dr Aisjah.
Pewarta: Abdul Kadir
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020