Dikutip dari Reuters, Rabu, kabar peningkatan produksi itu tersiar dari dokumen dokumen pemerintah setempat, yang menyebutkan bahwa Tesla ingin lebih banyak melokalkan komponen dan rantai pasokan suku cadang di China.
Menurut dokumen itu, Tesla yang mulai mengirimkan sedan listrik Model 3 dari pabriknya Shanghai pada Desember lalu, ingin menambah lini produksi untuk produksi baterai, motor listrik, dan pengendali motor.
Tesla pada akhir Desember 2019 masih menggunakan sekitar 70 persen bahan suku cadang impor untuk mobil-mobil di China.
Baca juga: Tesla ingin produksi Model 3 varian terbaru di China
Baca juga: Mobil listrik Tesla akan pakai baterai buatan China
Dalam hal pengembangan, Tesla justru ingin melipatgandakan kapasitas produksi tahunan mereka seperti pipa pendingin, bagian penting dalam sistem panas mobil, menjadi 260.000 set per tahun dari sebelumnya di angka 150.000 set per tahun.
Tesla juga berniat melokalkan seluruh rantai pasokannya di China pada akhir tahun ini.
Perusahaan juga sedang membangun jalur stamping tambahan untuk mempercepat produksi mobil di Shanghai, menurut dokumen konstruksi yang dilihat oleh Reuters.
Pabrik Shanghai adalah kunci strategi pertumbuhan Tesla. Di sana mereka ingin memproduksi sekitar 150.000 sedan Model 3, kemudian meningkatkan output menjadi 250.000 per tahun, termasuk Model Y.
Namun, rencana produksi dan pengiriman Tesla di Shanghai terganggu wabah virus corona yang telah menewaskan lebih dari 3.100 orang di China. Penjualan ritel mobil penumpang di China anjlok sekitar 80 persen pada Februari karena epidemi itu.
Baca juga: GM kembangkan baterai Ultium, siap saingi Tesla
Baca juga: Saham Tesla terus merosot karena virus corona
Baca juga: Tebang pohon demi Gigafactory, Tesla dihadang pencinta lingkungan
Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020