Kaum duafa atau warga miskin di hampir semua daerah, desa, dusun, kampung di negeri ini tersebar di mana-mana.Warga duafa adalah ladang ibadah mereka yang mendapatkan kelapangan rezeki dari Allah SWT. Pada setiap rezeki orang yang kaya terdapat hak duafa
Kalangan ini pasti membutuhkan uluran tangan dari mereka yang lebih berkecukupan, sehingga menyuarakan agar bisa bersimpati dan berempati --yang kemudian diwujudkan secara nyata dalam bentuk memberikan bantuan-- menjadi suatu keniscayaan.
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada 15 Januari 2020, menyebutkan bahwa meski menurun 0,36 juta orang terhadap Maret 2019 dan menurun 0,88 juta orang terhadap September 2018, jumlah mereka masih cukup besar.
Laporan BPS tersebut menyebutkan bahwa jumlah penduduk miskin pada September 2019 mencapai 24,79 juta orang.
Dengan kondisi tersebut, maka upaya untuk membantu sesama menjadi kebutuhan, dan semua kalangan bisa memberikan iuran untuk hal itu.
Ikhtiar untuk membantu sesama itu juga disuarakan dalam lingkup --yang barangkali tidak berskala besar-- namun sudah diwujudkan dari salah satu desa pinggiran di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Satu komunitas bersama, memulainya pada Jumat, 21 Februari 2020, yang kemudian diberi label "Jumat Berbagi", berupa aksi bagi-bagi nasi kotak secara gratis kepada masyarakat kurang mampu setiap Jumat.
Baca juga: Divonis sebagai ODHA tak halangi Dhea berbagi di Jumat berkah
Ketua Yayasan At-Tawassuth yang bermarkas di Kampung Sawah, Desa Bojong, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor Ahmad Fahir, M.Si menjelaskan bahwa sebagai aksi perdana pihaknya bekerja sama dengan beberapa pihak.
Mereka yang digandeng adalah Lembaga Amil Zakat Infaq dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) NU Ranting Desa Bojong dan jamaah Thoriqoh Naqsabandi Haqqoni Zawiyah Misbahul Arsy Bogor-Depok.
"Kami membagikan sebanyak 50 paket nasi boks gratis untuk 50 orang warga duafa di Kampung Sawah, Desa Bojong," kata salah satu pendiri Keluarga Mahasiswa NU (KMNU) Institut Pertanian Bogor(IPB) itu.
Dari mana sumber dananya?
Ia menjelaskan bahwa sumber pembiayaan untuk berbagi kepada duafa itu bersumber dari zakat, infaq, dan sodakoh (ZIS) anggota yayasan dan partisipasi mitra perorangan.
"Kegiatan ini masih sangat terbatas, baru bisa menyentuh 50 warga pada dua pekan terakhir. Kami berharap kegiatan ini dapat berjalan secara istikamah setiap pekan dan bisa menyentuh lebih banyak sasaran," katanya.
Patut didukung
Sementara itu, Guru Besar IPB Khairil Anwar Notodiputro menilai bahwa aksi sosial yang diprakarsai oleh Yayasan At-Tawassuth itu patut diapresiasi dan didukung.
Ia menyebut kegiatan tersebut merupakan refleksi kemuliaan diri, yaitu dengan memuliakan duafa dan yatim.
"Warga duafa adalah ladang ibadah mereka yang mendapatkan kelapangan rezeki dari Allah SWT. Pada setiap rezeki orang yang kaya terdapat hak duafa," kata Dekan Sekolah Pascasarjana IPB masa bakti 2006-2010 itu.
Baca juga: Tim 'Jumat Barokah' Polda Banten berbagi sesama dan himbau Kamtibmas
Dikemukakannya bahwa bila hak duafa sudah dikeluarkan maka tidak akan terjadi kesenjangan sosial.
Namun, justru sebaliknya bisa ditunaikan dengan baik maka akan terbangun harmoni dalam kehidupan dan terwujudnya keberkahan di tengah masyarakat.
"ZIS yang dikeluarkan bukan hanya bermanfaat bagi mereka yang butuh pertolongan, namun akan membawa keberkahan bagi semua pihak," kata dia.
Ahmad Fahir menambahkan bahwa kegiatan berbagi yang digelar yayasannya itu sebetulnya sudah berlangsung sejak 2011.
Pada setiap malam Jumat --meski tidak teratur-- yayasan membagikan nasi kotak untuk peserta didik pengajian diniyah dan yatim binaan.
Begitu juga pada momentum hari-hari besar Islam, terutama pada setiap Ramadhan, yayasan juga selalu aktif membagikan santunan untuk duafa.
Pada 2017, Yayasan At-Tawassuth juga membagikan 250 paket Idul Fitri untuk 250 duafa di wilayah Kecamatan Kemang dan Kecamatan Ciomas bekerja sama dengan Kemensos dan LKBN ANTARA Biro Bogor.
Namun, pembagian paket santunan peduli yang digagas Yayasan At-Tawassuth kali ini berbeda dengan kegiatan yang sudah dilangsungkan sebelumnya.
"Kegiatan pembagian nasi boks kali ini diserahkan langsung ke rumah duafa mustahik (penerima zakat) yang menjadi sasaran program," katanya.
Ajak masyarakat
Ketua Zawiyah Misbahul Arsy Bogor-Depok, Ustadz Eka Adi Kuntara, menyatakan pihaknya mengajak masyarakat yang memiliki ekonomi berkecukupan untuk mengeluarkan ZIS melalui program peduli seperti yang digagas Yayasan At-Tawassuth itu.
Ia mengemukakan bahwa mereka mendapatkan anjuran dari sang "mursyid", yaitu Syaikh Hisyam Kabbani, untuk terus berikhtiar, mendorong kepedulian terhadap masyarakat duafa.
Secara umum, pengertian "mursyid" adalah sebutan untuk seorang guru pembimbing dalam dunia tarekat.
Ia menjelaskan tentang pentingnya dorongan kepedulian itu karena Islam secara jelas menegaskan bahwa dalam harta orang-orang yang diberi anugerah kekayaan oleh Allah SWT terdapat hak orang miskin.
"Untuk itulah kami mengajak agar masyarakat yang mendapatkan amanah dan kemudahan harta untuk sama-sama dan bahu membahu dalam memperhatikan mereka yang kurang beruntung, kalangan duafa," katanya.
Kaum duafa, disebut dia sebagai pintu keberkahan bagi keberlangsungan kehidupan.
Di tengah ingar bingar kehidupan dalam masa modern saat ini, di mana lebih dominan diwarnai sikap-sikap individualisme, asa kepedulian terhadap kaum duafa, orang miskin, yatim dan yatim piatu, masih tersuarakan meski dari wilayah pinggiran di Desa Bojong, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor.
Meski tidak besar dan terkesan berbuat dalam sunyi, tindakan itu sudah diwujudkan dalam amaliah nyata dan tidak sekadar jargon untuk membantu dan berbagi pada sesama.
Baca juga: Gerakan Jumat Berbagi bagikan sajian buka untuk duafa Jambi
Baca juga: Polsek Sungailiat salurkan bantuan nasi bungkus gratis
Pewarta: Andi Jauhary
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020