Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk memutuskan untuk membagi dividen sebesar Rp20,92 miliar (Rp1,98 per saham) atau 10 persen dari laba bersih tahun 2019 Rp209 miliar (Rp19,76 per saham).Landasan kerja kami pada tahun 2020 adalah menetapkan arah kebijakan perseroan yaitu fokus pada perbaikan kualitas bisnis
"Dari jumlah laba yang dialokasikan untuk dividen, yang akan disetor ke pemegang saham mayoritas atau pemerintah adalah sebesar Rp12,55 miliar. Sementara 90 persen dari sisa laba bersih akan digunakan sebagai saldo laba ditahan," kata Direktur Utama BTN Pahala N Mansury saat jumpa pers di Jakarta, Kamis.
Adapun RUPST BTN kali ini membahas tujuh mata acara dan semuanya mendapat persetujuan dari para pemegang saham.
"Landasan kerja kami pada tahun 2020 adalah menetapkan arah kebijakan perseroan yaitu fokus pada perbaikan kualitas bisnis," ujar Pahala.
Untuk memperbaiki kualitas bisnis, perseroan memasang pondasi yang kuat khususnya dalam penerapan Pedoman Standard Akuntasi 71 (PSAK 71) dengan meningkatkan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN), sehingga perseroan memiliki pencadangan yang lebih kuat dalam mengantisipasi potensi kerugian atas aset keuangan yang dimiliki.
Alhasil, per Februari 2020, rasio cakupan (coverage ratio) Bank BTN mencapai lebih dari 100 persen, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya 43,42 persen.
"Adanya PSAK 71 juga akan mendorong perseroan untuk lebih prudent dalam pemberian kredit, sehingga kualitas kredit akan menjadi lebih baik," kata Pahala.
Peningkatan CKPN memang menggerus laba BTN tahun lalu, yang biasanya mencapai kisaran Rp2,5 triliun hingga Rp3 triliun pada tahun-tahun sebelumnya.
Menapaki tahun 2020, perseroan menetapkan beberapa target kinerja, yaitu aset ditargetkan meningkat 6-8 persen, sementara kredit dan pembiayaan tetap tumbuh sebesar 8-10 persen, dengan penopang utama adalah Kredit Pemilikan Rumah atau KPR.
"Permintaan rumah masih cukup tinggi, dan hal ini didukung pemerintah yang akan menambah subsidi ke sektor perumahan dalam bentuk Subsidi Selisih Bunga atau SSB. Bank BTN juga akan mengoptimalkan KPR Non subsidi khususnya segmen milenial dan urban dan mengembangkan "personal loan" dengan penjualan produk secara bundling antara kredit dan tabungan, seperti contohnya BTN Solusi yang baru kami rilis," ujar Pahala.
Pahala juga menyambut baik inisiatif pemerintah dalam memberikan stimulus khususnya pada sektor perumahan di tengah perlambatan ekonomi nasional yang terdampak virus COVID-19 di Indonesia.
"Ini merupakan dukungan positif pemerintah terhadap sektor perumahan yang berdampak pada 172 industri terkait pembangunan perumahan. Semoga ini menjadi angin segar bagi industri pembiayaan perumahan sekaligus mendorong semangat para pelaku industri properti untuk membangun rumah dalam rangka mendukung Program Sejuta Rumah," ujar Pahala.
Melalui pemasaran produk "bundling", membuat Bank dengan kode saham BBTN itu menargetkan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh13-15 persen didorong kenaikan porsi dana murah dari giro dan tabungan.
Sedangkan rasio kredit bermasalah,atau Non Performing Loan (NPL) ditargetkan membaik di kisaran 3,5 persen dengan memperbaiki proses inisiasi kredit dan sistem manajemen penagihan dan optimalisasi situs lelang rumah yaitu www.rumahmurahbtn.co.id.
"Meskipun laba tahun lalu turun tajam, tahun ini kami optimistis laba BTN bisa menembus Rp2,5 triliun- Rp 3 triliun dengan menurunkan cost of fund atau biaya dana menjadi 5,27 persen dan mendorong fee based income tumbuh di atas 17 persen dibandingkan tahun lalu, kita juga akan mengupayakan penurunan biaya umum dan sebagainya," ujar Pahala.
Baca juga: Pameran IPEX ditutup, BTN raih KPR baru senilai Rp4,56 triliun
Baca juga: Laba 2019 anjlok, Pahala optimistis kembalikan BTN ke "jalurnya"
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020